MURASAKI Adi Rara Kuyana, 19 Desember 1995. KIR KREASI PESONA REMAJA SMA N 1 PURBOLINGGO

Tuesday, November 26, 2013

MAKALAH LINGKUNGAN PENDIDIKAN

TUGAS INDIVIDU 
LINGKUNGAN PENDIDIKAN





Nama : Adi Rara Kuyana
NPM : 1313053005
Semester : I A




Mata Kuliah : Dasar – Dasar Pendidikan
Dosen Pengampu : Dr. Hi. Darsono, M.Pd













PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2013
KATA  PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah yang berjudul “lingkungan pendidikan” ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. 
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu yang penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini memuat tentang “lingkungan pendidikan”. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd. selaku Dosen Mata Kulaih Dasar - Dasar    Pendidikan   yang telah memberikan masukan dalam penyusunan makalah ini.
2. Kedua orang tua kami, serta rekan rekan mahasiswa yang telah memberikaan semangat, ide dan bantuannya sehingga penyusun dapat menylesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan manfaat yang lebih luas kepada pembaca. Penyusun sadar bahwa makalah ini masih banyak memerlukan perbaikan. Untuk itu mohon saran dan kritiknya. Terima kasih.



     Metro, 11 November 2013

Penyusun 




DAFTAR ISI


   Halaman
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang  Masalah 1
B. Rumusan Masalah   1
C. Tujuan  Penulisan 1
BAB II PEMBAHASAN  
A.    Pengertian Lingkungan Pendidikan................................................     2
B. Fungsi Lingkungan Pendidikan 3
C.          Ragam Bentuk Lingkungan Pendidikan......................…………...      4       
D.          Peranan Lingkungan Pendidikan............................ ……...............      9
BAB III PENUTUP
Kesimpulan 11
Saran 11


DAFTAR PUSTAKA 12











BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia mempunyai kemampuan-kemampuan yang dapat dan perlu di-kembangkan melalui pengalaman yang terbentuk dalam berinteraksi antar individu dengan lingkungan tempat tinggalnya yang dapat mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan, perkembangan, serta proses dalam menjalani kehidupannya melalui lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya.
Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembang- kan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Maka dari itu, pendidikan perlu ditunjang  dengan  lingkungan   pendidikan   yang   baik. Karena   lingkungan    pendidi-
kan merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dalam berinteraksi baik berupa benda mati, makhluk hidup, maupun hal-hal yang terjadi dan sebagai tempat dalam     menyalurkan    kemampuan-kemampuan    untuk   membentuk   perkemba-ngan setiap individu yang mempunyai pengaruh kuat kepada individu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian lingkungan pendidikan ?
2. Apa saja fungsi lingkungan pendidikan ?
3. Apa saja yang termasuk dalam ragam bentuk lingkungan pendidikan ?
4. Bagaimana peranan lingkungan pendidikan terhadap pendidikan ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari lingkungan pendidikan.
2. Untuk mengetahui dan memahami fungsi dari lingkungan pendidikan.
3. Untuk mengetahui dan memahami yang termasuk kedalam ragam bentuk lingkungan pendidikan.
4. Untuk mengetahui dan memahami peranan-peranan lingkungan pendidikan terhadap pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Lingkungan Pendidikan
Kegiatan pendidikan selalu berlangsung di dalam suatu lingkungan. Dalam konteks pendidikan, lingkungan dapat diartikan, sebagai segala sesuatu yang berada di luar diri anak. Lingkungan dapat berupa hal-hal nyata, seperti tumbuhan, orang, keadaan, politik, sosial-ekonomi, binatang, kebudayaan, kepercayaan, dan upaya lain yang dilakukan oleh manusia termasuk di dalamnya pendidikan. 
Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik berupa benda mati, makhluk hidup, ataupun peristiwa-peristiwa yang terjadi termasuk kondisi masyarakat terutama yang dapat memberikan pengaruh kuat kepada individu. Seperti lingkungan tempat pendidikan berlangsung dan lingkungan tempat anak bergaul. Lingkungan ini kemudian secara khusus disebut sebagai lembaga pendidikan sesuai dengan jenis dan tanggungjawab yang secara khusus menjadi bagian dari karakter lembaga tersebut.
Dalam memberikan pengaruh terhadap perkembangan anak, lingkungan ada yang sengaja diadakan (usaha sadar) ada yang tidak usha sadar dari orang dewasa yang normatif disebut pendidikan, sedang ynag lain disebut pengaruh. Lingkunga yang dengan sengaja diciptakan untuk mempengaruhi anak ada tiga, yaitu : lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Ketiga lingkunga ini disebut lembaga pendidikan atau satuan pendidikan.
Lembaga pendidikan adalah organisasi atau kelompok manusia yang Karena satu dan lain hal memikul tanggung jawab atas terlaksananya pendidikan. Badan pendidikan itu bertugas memberi pendidikan kepada si terdidik (Marimba,1980). Secara umum fungsi lembaga pendidikan adalah menciptakan situasi yang memungkinkan proses pendidikan dapat berlangsung.
   
Menurut Hasbullah (2003) lingkungan pendidikan mencakup :
Tempat (lingkungan fisik), keadaan iklim, keadaan tanah, keadaan alam.
Kebudayaan (lingkungan budaya) dengan warisan budaya tertentu seperti bahasa, seni, ekonomi, ilmu pengetahuan, pandangan hidup, dan pandangan keagamaan.
Kelompok hidup bersama (lingkungan sosial atau masyarakat) keluarga, kelompok bermain, desa, perkumpulan dan lainnya.
Lingkungan serta lembaga pendidikan bersifat positif apabila memberikan pengaruh sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan. Lingkungan bersifat negatif apabila berpengaruh secara kontradiktif dengan arah dan tujuan pendidikan. Maka intensitas pengaruh lingkungan terhadap peserta didik tergantung sejauh mana anak dapat menyerap rangsangan yang diberikan lingkungannya dan sejauh mana lingkungan mampu memahami dan memberikan fasilitas terhadap kebutuhan pendidikan peserta didik.
B. Fungsi Lingkungan Pendidikan
1. Lingkungan pendidikan dapat menjamin kehidupan emosional peserta didik untuk tumbuh dan berkembang. Kehidupan emosional ini sangat penting dalam pembentukan pribadi anak.
2. Lingkungan pendidikan membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya baik lingkungan fisik, sosial, maupun budaya, terutama berbagai sumberdaya pendidikan yang tersedia agar dapat dicapai tujuan pendidikan secara optimal.
3. Lingkungan pendidikan berfungsi sebagai wahana yang amat besar bagi perkembangan individu dan masyarakat dalam memperluas dan mempercepat usaha mencerdaskan kehidupan bangsa.
4. Mengajarkan tingkah laku umum dan untuk menyeleksi serta mempersiapkan peranan-peranan tertentu dalam masyarakat.
5. Di dalam lingkungan pendidikan dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik baik dalam bentuk karier, akademik, kehidupan beragama, kehidupan sosial budaya, maupun keterampilan lainnya. 
C. Ragam Bentuk Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan adalah tempat seseorang memperoleh pendidikan secara langsung dan tidak langsung. Oleh karena itu, lingkungan pendidikan ada yang bersifat sosial dan material. Lingkungan pendidikan secara garis besarnya oleh Ki Hajar Dewantoro dibagi menjadi tiga yang disebut denga Tri Pusat Pendidikan,yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.
1. Lingkungan Keluarga
Manusia ketika dilahirkan di dunia dalam keadaan lemah. Tanpa pertolongan orang lain, terutama orang tuanya, ia tidak bisa berbuat banyak. Di balik keadaannya yang lemah itu ia memiliki potensi baik yang bersifat jasmani maupun rohani.
Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak, di lingkungan keluarga pertama-tama anak mendapatkan pengaruh sadar. Karena itu keluaraga merupaka kelompok primer yang terdiri dari sejumlah keluarga kecil karena hubungan sedarah yang bersifat informal dan kodrati dan menjadi lembaga pendidikan tertua. Keluarga bisa berbentuk keluarga inti (nucleus family : ayah, ibu, dan anak), ataupun keluarga yang diperluas (di samping inti, ada orang lain seperti kakek, nenek, ipar dan lain sebagainya).
Anak dalam menjalani pendidikan di lingkungan keluarga biasanya menghadapi hambatan-hambatan. Hambatan-hambatan tersebut antara lain sebagai berikut.
1) Anak kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orangtua.
2) Pigur orangtua yang tidak mampu memberikan keteladanan pada anak.
3) Sosial ekonomi keluaraga yang kurang menunjang.
4) Kasih sayang orangtua yang berlebihan sehingga cenderung untuk memanjakan anak.
5) Orangtua yang tidak bisa memberikan rasa aman kepada anak.
6) Orangtua yang tidak bisa memberikan kepercayaan kepada anak.
7) Orangtua yang tidak bisa membangkitkan inisiatif dan kretifitas kepada anak.
Keluarga sebagai lingkungan pendidikan yang pertama sangat penting dalam membentuk pola kepribadian anak. Karena di dalam keluarga, anak pertama kali berkenalan dengan nilai dan norma. Keluarga didasarkan pada cinta kasih yang sangat natural, sehingga suasana pendidikan yang berlangsung di dalamnya berdasarkan kepada suasana yang tanpa memikirkan hak.
Pendidikan keluarga memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar, agama, dan nilai moral, norma sosial dan pandangan hidup yang diperlukan peserta didik untuk dapat berperan dalam keluarga dan dalam masyarakat.
Dasar-dasar tanggung jawab keluarga terhadap pendidikan anaknya, meliputi hal-hal berikut.
1. Dorongan/motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dengan anak. Cinta kasih ini mendorong sikap dan tindakan rela menerima tanggungjawab, dan mengabdikan dirinya untuk sang anak.
2. Dorongan/motifasi kewajiban moral, sebagai konsekuensi kedudukan orangtua terhadap keturunannya. Tanggungjawab moral ini meliputi nilai-nilai religius spiritual yang dijiwai ketuhanan Yang Maha Esa dan agama masing-masing di samping didorong oleh kesadaran memelihara martabat dan kehormatan keluarga.
3. Tanggungjawab sosial sebagai bagian dari keluarga, yang pada gilirannya juga menjadi bagian dari masyarakat, bangsa dan negaranya, bahkan kemanusiaan.
Di sisi lain tanggungjawab  pendidikan yang menjadi beban orangtua sekurang-kurangnya harus dilaksanakan dalam rangka hal-hal berikut.
1. Memelihara dan membesarkan anak.
2. Melindungi dan menjamin kesamaan baik jasmaniah maupun rohaniah sesuai dengan falsafah hidup dan agama yang dianutnya.
3. Member pengajarandalam arti yang luas.
4. Membahagiakan anak baik di dunia dan akhirat.

Dasar-dasar pendidikan yang diberikan kepada anak dari orangtua meliputi tujuh hal, yaitu dasar pendidikan budi pekerti, dasar pendidikan sosial, dasar pendidikan intelek, dasar pembentukan kebiasaan pembinaan kepribadian yang baik dan wajar, dasar pendidikan kekeluargaan, dasar pendidikan nasionalisme, dan dasar pendidikan agama.
Lingkungan keluarga berpengaruh kepada anak dari sisi perlakuan, keluarga terhadap anak, kedudukan anak dalam keluarga, keadaan ekonomi keluarga, keadaan pendidikan keluarga, dan pekerjaan orangtua.
Dari lingkungan keluarga yang harmonis mampu memancarkan keteladanan kepada anak-anaknya, karena dikatakan pendidikan pertama pada bayi atau anak itu berkenalan dengan lingkungan serta mendapat pembinaan pada keluarga.
2.  Lingkungan Sekolah
Sebagai akibat dari perkembangan ilmu dan teknologi dan terbatasnya orangtua dalam kedua hal tersebut, orangtua sangat penting dalam menyiapkan anak-anak untuk kehidupan mansyarakat. Sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan karena pengaruhnya besar sekali pada jiwa anak. Karena itu di samping keluagra sebagai pusat untuk pendidikan, sekolah pun mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan untuk pembentukan kepribadian anak.
Pendidikan di sekolah mencakup pendidikan umum dalam mempersiapkan peserta didik menguasai kemampuan dasar untuk melanjutkan pendidikan atau memasuki lapangan kerja. Pendidikan sekolah biasanya disebut sebagai pendidikan formal karena ia adalah pendidikan yang mempunyai dasar, tujuan, isi, metode, alat-alatnya yang disusun secara eksplisit, sistematis, dan distandarisasikan. Penjabaran fungsi sekolah sebagai pusat pendidikan formal, terlihat pada tujuan instruksional, yaitu tujuan kelembagaan pada masing-masing jenis da tingkatan sekolah.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal menerima fungsi pendidikan berdasarkan asas-asas tanggungjawab berikut ini.
1) Tanggung jawab formal kelembagaan sesuai dengan fungsi dan tujuan yang ditetapkan menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku yaitu undang-undang pendidikan.
2) anggungjawab keilmuan berdasarkan bentuk, isi, tujuan dan tingkat pendidikan yang dipercayakan kepadanya oleh masyarakat dan negara.
3) Tanggungjawab fungsional ialah tanggungjawab profesional pengelola dan pelaksana pendidikan.
Sekolah sebagai pendidikan formal dirancang sedemikian rupa agar lebih efektif dan efisien, yaitu bersifat klasikal dan berjenjang. System klasikal memungkinkan sejumlah anak belajar bersama dan dipimpin oleh seorang atau beberapa orang guru sebagai fasilitator. Sekolah memiliki cirri jenjang dapat dijelaskan sebagi berikut.
1. Jenjang lembaga, sekolah dirancang dengan berbagai tingkatan, dari Taman Kanak-Kanak (TK) sampai perguruan tinggi (PT). sebagian dikelola oleh Departemen Pendidikan Nasional dan sebagian lainnya dikelola oleh Departemen Agama.
2. Jenjang kelas, berjenjang menurut tingkatan kelas, murid hanya bisa mengikuti pendidikan pada kelas yang lebih tinggi apabila ia telah mampu menyelesaikan pendidikan di tingkat sebelumnya. Jenjang kelas ini bervariasi, yaitu di tingkat SD/MI terdiri dari enam kelas, SMP/MTs terdiri dari tiga kelas, SMA/MA/sederajat terdiri dari tiga kelas, sedangkan di Perguruaan Tinggi tidak ditentukan dengan jenjang kelas.
Sekolah dianggap sebagai suatu lingkungan yang paling bertanggungjawab terhadap pendidikan murid-muridnya, lebih-lebih bila dikaitkan dengan pengabdian sumber daya manusia yang berkualitas untuk dapat bersaing secara global. Maka pembangunan sekolah dianggap sebagai investasi yang prosfektif demi menyongsong kemajuan bangsa.

3. Lingkungan Masyarakat
Pendidikan dalam lingkungan masyarakat tampaknya sudah lebih maju dibandingankan dengan pendidikan dalam lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Karena masyarakat adalah salah satu lingkungan pendidikan yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi seseorang. Pandangan hidup, cita-cita bangsa, sosial budaya, dan perkembangan ilmu pengetahuan akan mewarnai keadaan masyarakat tersebut.
Masyarakat turut serta memikul tanggungjawab pendidikan. Pendidika kemasyarakatan merupakan wahana yang amat besar artinya bagi perkembangan individu dan masyarakat sebagai gerakan yang memperluas dan mempercepat usaha mencerdaskan bangsa.
Dalam menjalani pendidikan di lingkungan masyarakat biasanya akan mengalami kesulitan-kesulitan, antara lain :
1. Lingkungan fisik dan nonfisik yang kurang menguntungkan. Lingkungan yang demikian akan banyak menghambat anak dalam belajar.
2. Tugas yang diberikan lembaga terlalu berat/banyak, sehingga anak tidak dapat menyelesaikan tugas tersebut dengan baik. Terlalu banyaknya kegiatan yang diikuti dalam waktu yang terbatas, bisa menjadi penyebab kegiatan tersebut tidak dilaksanakan dengan baik dan akan mengalami kesulitan, yang akhirnya hasilnya akan kurang.
3. Apabila nilai dikembangkan oleh anak berbeda/bertentangan dengan nilai/adat yang ada di masyarakat maka akan timbul konflik nilai. Kalau terjadi hal demikian biasanya anak akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan dalam diri terhadap lingkungan tersebut. Keadaan yang demikian biasanya akan berpengaruh terhadap upaya belajar anak.
Setiap masyarakat mempunyai mempunyai cita-cita, peraturan-peraturan dan sistem kekuasaan tertentu. Pendidikan dalam Lingkungan kehidupan.
Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan pembentukan pengetahuan sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.
Pendidikan dalam pergaulan masyarakat terutama banyak sekali lembaga-lembaga pendidikan seperti masjid, surau atau langgar, musholla, madrasah, pondok pesantren, pengajian, kursus, dan badan-badan pembinaan rohani.
D. Peranan Lingkungan Pendidikan
Dalam memberikan pengaruh terhadap perkembangan anak, lingkungan pendidikan sangat berperan penting dalam memberikan penraguh tersebut. Diantara peranan lingkungan pendidikan adalah sebagai berikut.
1. Peranan Lingkungan Keluarga
Sangat besar peranan kelurga dalam pendidikan, karena keluarga adalah lingkungan pertama yang memberikan pendidikan kepada anak. Peranan keluarga tersebut diantaranya adalah :
Sebagai pembentuk pola pikir anak, karena di dalam keluarga, anak pertama kali berkenalan dengan nilai dan norma.
Sebagai pengalaman pertama bagi masa kanak-kanak, pengalaman ini merupakan factor yang sangat penting bagi perkembangan berikutnya, khususnya dalam perkembangan pribadinya.
Sebagai lingkungan pendidikan yang memberikan keteladanan, karena keteladanan orangtua akan menjadi tolat ukur dan menjadi wahana pendidikan moral.
Sebagai lingkungan pendidikan yang berperan dalam meletakkan dasar-dasar pendidikan agama.




2. Peranan Lingkungan Sekolah
Diantara peranan sekolah dalam pendidikan adalah sebagai berikut.
Sebagai pendidikan formal yang menumbuhkembangkan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik agar anak mampu menolong dirinya sendiri dalam hidup sebagai makhluk individu dan makhluk sosial melalui pembekalan dalam semua bidang studi.
Sebagai lingkungan pendidikan yang perlu memberikan pemahaman tentang pendidikan pancasila, agama, dan pembinaan watak sesuai dengan nilai dan norma yang hidup dan berkembang di masyarakat.
Sebagai lingkungan pendidikan yang haru mewujudkan cita-cita bangsa dalam hal mencerdaskan kehidupan bangsa.
3. Peranan Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat mempunyai andil yang besar dalam upaya mencapai tujuan pendidikan nasional, dalam peranannya antara lain :
Pendidikan manusia sebagai makhluk individu, lingkungan masyarakat berperan dalam membantu pembentukan manusia yang cerdas, sesuai dengan kondisi dan fungsi dari masing-masing pendidikan tersebut.
Pendidikan manusia sebagai makhluk susila (kemasyarakatan), yang berkaitan dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam pancasila sebagai falsafah hidup bangsa, dan pancasila sebagai dasar negara.
Pendidikan manusia sebagai makhluk sosial, lingkungan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung memang ditumbuhkembangkan sebagai makhluk individu dan susila, yang secara bersama-sama mampu menciptakan kehidupan bersama secara bertanggungjawab, untuk mencapai kesejahteraan sosial yang dinamis dengan sikap makaryanya.
Pendidikan manusia sebagai makhluk religious, maka lingkungan masyarakat banyak memberikan andil dalam pembekalan yang berhubungan dengan masalah keagamaan.



BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Lingkungan pendidikan adalah tempat seseorang memperoleh pendidikan secara langsung atau tidak langsung. Lingkungan pendidikan terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat..
Lingkungan keluarga adalah tempat anak dilahirkan. Disinilah pertama kali ia mengenal nilai dan norma. Pendidikan di lingkungan keluarga berfungsi untuk memberikan dasar dalam menumbuhkembangkan anak sebagai makhluk individu, sosial, susila,dan religius.
Sekolah adalah lingkungan kedua bagi anak. Di sekolah ia mendapatkan pendidikan yang intensif. Disinilah potensi anak akan ditumbuhkembangkan. Sekolah merupakan tumpuan dan harapan orangtua dan masyarakat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Di lingkungan masyarakat anak akan mendapat pendidikan. Masyarakat merupakan lingkungan pendidikan ketiga yang ikut bertanggungjawab dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa..
Semua lingkungan pendidikan sangat berperan besar dalam pelaksanaan pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan itu sendiri baik bagi diri peserta didik sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial, susila, serta makhluk religius.

B. Saran
Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mampu memberikan keteladanan dalam hal berprilaku, memberikan fasilitas dalam hal mengembangkan dan melaksanakan kegiatan pendidikan dan semua itu harus ditunjang dengan lingkungan pendidikan yang kondusif.




DAFTAR PUSTAKA

- Ikhsan, Fuad. 2005. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
- Pidarta, Made. 1997. Landasan Kependidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
- Kiswan. 2012. Dasar-Dasar Pendidikan. Ciamis : Darussalam.
- Hasbullah. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
- TIM Dosen FIP-IKIP Malang. 1988. Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan. Surabaya : Usaha Nasional.

Sunday, October 20, 2013

MATERI KESIAGAAN PRAMUKA

I. PENDAHULUAN
Siaga adalah anggota muda Gerakan Pramuka yang berusia 07 – 10 tahun. Pada usia tersebut anak-anak memiliki sifat unik yang sangat beraneka. Pada dasarnya mereka merupakan pribadi-pribadi aktif dan tidak pernah diam.  Sifat unik Siaga merupakan kepolosan seorang anak yang belum tahu resiko dan belum  dapat diserahi tugas dan tanggung jawab secara penuh.  Sifat yang cukup menonjol adalah keingintahuan (curiosity) yang sangat tinggi, senang berdendang, menari dan menyanyi, agak manja, suka meniru, senang mengadu, dan sangat suka dipuji.
Kehidupan siaga masih berkisar di seputar keluarga sebagai pusat aktivitasnya. Atas dasar hal tersebut pembinaan pramuka Siaga dikiaskan sebagai “keluarga bahagia” di mana terdapat ayah, ibu, kakak dan adik.  Wadah pembinaan pramuka Siaga disebut Perindukan Siaga yang mengkiaskan bahwa anak seusia siaga masih menginduk pada ayah dan bunda (keluarga).  Hal ini diperjelas dengan formasi pada upacara pembukaan dan penutupan latihan Siaga.   Formasi barisan pada upacara pembukaan dan penutupan latihan Siaga adalah berupa lingkaran di mana Pembina berada di dalamnya, berdiri di tengah lingkaran di belakang bendera. Bentuk lingkaran menyiratkan dunia Siaga yang masih dilindungi dan dibina sepenuhnya oleh pembinanya.  Hal ini  memberi makna bahwa di dalam pembinaan Siaga, porsi terbesar adalah Ing ngarsa sung tulada, atau di depan memberi teladan/contoh, sedangkan porsi ing madya mangun karsa dan tut wuri handayani porsinya lebih kecil.  Bentuk upacara ini juga mengkiaskan bahwa norma dan tata-nilai bagi Siaga mengikuti cermin kepribadian Pembinanya.
II.  MATERI POKOK
1.     Perindukan Siaga.
Satuan di gugusdepan sebagai tempat berhimpunnya Pramuka Siaga disebut Perindukan Siaga.  Perindukan idealnya terdiri atas 18-24 Pramuka Siaga yang dibagi ke dalam 3-4 kelompok, disebut Barung.  Barung yang ideal terdiri atas 6 Pramuka Siaga.  Perindukan Siaga dipimpin oleh Pembina Perindukan Siaga disingkat Pembina Siaga dibantu oleh Pembantu Pembina Siaga.
Untuk melaksanakan tugas di tingkat Perindukan, dipilih Pemimpin Barung Utama, dipanggil Sulung, yang dipilih dari para Pemimpin Barung. Posisi Pemimpin Barung Utama tidak permanen, dapat berganti setelah beberapa kali latihan. Hal ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan lebih banyak bagi anggota Barung berlatih menjadi memimpin.
a.      Kata Perindukan berasal dari kata induk.  Perindukan berarti tempat anak-anak menginduk menjadi satu.
b.     Pembina Perindukan manakala memanggil seluruh anggota Perindukan meneriakkan ”Siaagaaaa….! Dijawab oleh seluruh anggota Perindukan dengan meneriakkan: Siaaap….!
c.      Perindukan harus memiliki standar bendera dan tiangnya serta bendera Merah Putih, untuk upacara pembukaan dan penutupan latihan, bendera Pramuka, tali-temali, buku-buku ceritera untuk Siaga, peralatan memasak untuk sarana latihan, dan peralatan perkemahan, sebagaimana halnya peralatan gugusdepan.
d.     Perindukan Siaga Putera dapat dibina oleh Pembina dan Pembantu Pembina putera maupun Pembina dan Pembantu Pembina puteri, sedangkan Perindukan Siaga Puteri hanya dapat dibina oleh Pembina dan Pembantu Pembina puteri.
2.     Barung.
Kelompok kecil dalam Perindukan Siaga yang idealnya beranggotakan 6 Pramuka Siaga, disebut Barung.  Kata Barung berarti rumah jaga  suatu bangunan.
a.      Setiap  Barung baik Siaga putera maupun Siaga puteri memiliki nama Barung yang diambil dari nama warna seperti Barung Merah, Biru, Hijau, Putih, dan Barung Kuning.  Setiap warna memiliki makna dan kiasannya, dan nama Barung merupakan cerminan sifat-sifat baik yang menonjol yang akan ditiru oleh anggota Barung tersebut.
b.     Keanggotaan Barung tidak bersifat menetap, dapat diubah setiap 1-2 bulan sekali, dilakukan secara teratur sebagai bagian dari dinamika Perindukan.
c.      Barung tidak memakai bendera barung, karena pelaksanaan kegiatan Pramuka Siaga pada umumnya dilaksanakan di tingkat Perindukan.  Kegiatan di tingkat barung hanya berupa permainan singkat dan spontan.
d.     Barung memiliki Buku Daftar hadir anggota, dan kas anggota.
e.      Barung dipimpin secara bergilir oleh seorang Pemimpin Barung dan seorang Wakil Pemimpin Barung, dipilih oleh dan dari anggota Barung dengan bantuan Pembina dan Pembantu Pembina Siaga.
f.       Setiap kegiatan Barung didampingi Pembina dan Pembantu Pembina Siaga.
3.     Dewan Siaga (Dewan Satuan Siaga)
Dewan Siaga dibentuk untuk memenuhi hak anak dan melatih kepemimpinan Pramuka Siaga.  Dewan Siaga beranggotakan seluruh anggota perindukan.  Ketua Dewan Siaga adalah Pemimpin Barung Utama atau Sulung.   Pertemuan Dewan Siaga diadakan tiga bulan sekali atau sesuai kebutuhan program atau aktivitas.
Dewan Siaga bertugas:
•        Memilih dan membahas kegiatan yang diusulkan Pembina,
•        Mengatur kegiatan perindukan,
•        Menjalankan keputusan-keputusan yang diambil Dewan, termasuk pemberian penghargaan.
Pada Perindukan Siaga tidak dibentuk Dewan Kehormatan, semua tugas Dewan Kehormatan berada di tangan Pembina.
4.     Kegiatan Siaga
Kegiatan Siaga adalah kegiatan yang menggembirakan, dinamis, kekeluargaan, dan berkarakter. Pembina adalah kunci pokok di dalam mengemas bahan latihan, dan kreativitas Pembina sangat diperlukan. Semakin akrab hubungan antara Pembina dengan Siaga maka akan semakin tinggi tingkat ketertarikan Siaga untuk tetap berlatih.
Untuk menjadi Pembina Siaga diperlukan kesabaran, pandai berceritera, lebih baik bila pandai menyanyi, bertubuh sehat dan energik, pandai senam, dan tentu saja berbudi pekerti yang luhur sebagaimana syarat menjadi Pembina Pramuka.
Di dalam kegiatan latihan, dapat dilakukan pemenuhan/pengujian Syarat-syarat Kecakapan Umum (SKU) dan Syarat Kecakapan Khusus (SKK) Siaga.
SKU Siaga adalah syarat kecakapan yang wajib dimiliki oleh Siaga untuk mendapatkan Tanda Kecakapan Umum yang merupakan alat pendidikan sebagai perangsang dan pendorong untuk memperoleh kecakapan yang berguna bagi kehidupannya.
Tingkat pengadopsian nilai-nilai kepramukaan dan keterampilan dilakukan melalui pendadaran Syarat Kecakapan Khusus (SKK).
Ada 4 jenjang kenaikan tingkat kecakapan umum bagi Pramuka Siaga yakni:
-         Siaga Mula
-         Siaga Bantu
-         Siaga Tata
-         Siaga Garuda
Syarat Kecakapan Khusus Siaga.
Selain kecakapan umum Siaga dapat mengambil kecakapan khusus yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Secara umum Syarat Kecakapan Khusus ada tingkatan yakni tingkat:
-         Purwa
-         Madya
-         Utama
Secara garis besar kegiatan Siaga dibagi menjadi:
a.     Kegiatan Latihan Rutin
1)     Mingguan
-         Upacara pembukaan latihan.
-         Upacara penutupan latihan. Di sini jangan lupa Pembina Upacara menyampaikan rasa terima-kasih dan titip salam pada keluarga adik-adik Siaga, serta jangan lupa latihan yang akan datang mengajak teman yang lain untuk ikut menjadi anggota baru Siaga.  
2)     Bulanan/ dua bulanan / tiga bulanan/ menurut kesepakatan.
Kegiatan ini bisa diselenggarakan atas dasar keputusan Dewan Siaga dan Pembinanya, dengan jenis kegiatan yang biasanya berbeda dengan kegiatan rutin mingguan.
b.     Pertemuan Besar Siaga
Pertemuan ini diikuti oleh beberapa Perindukan Siaga yang dilaksanakan pada waktu tertentu dalam rangka peringatan  hari-hari besar /Pramuka.
Acara Pertemuan Besar Siaga disebut Pesta Siaga merupakan pertemuan yang bersifat kreatif,senang-senang, rekreatif, edukatif dan banyak bergerak.
Pesta Siaga dapat berbentuk:
•        Bazar Siaga, memamerkan hasil hasta karya Pramuka Siaga.
•        Permainan bersama.
•        Darmawisata.
•        Perkemahan Siaga/perkemahan sehari.
•        Karnaval Siaga.
Dengan banyaknya jenis kegiatan maka tidak mungkin seorang Pembina kekurangan bahan latihan.
 III. PENUTUP
Peserta didik pada proses pendidikan dalam Gerakan Pramuka berperan sebagai subjek pendidikan, oleh karena itu pendapatnya, keinginannya, harus dihargai. Dalam membina Siaga konsep Ing Ngarsa Sung Tulada (di depan memberi keteladanan)  porsinya lebih banyak dibandingkan dengan Ing Madya Mangun Karsa (di tengah-tengah membangun /menggerakkan kemauan) dan Tut Wuri Handayani  (dari belakang memberi dorongan)
DAFTAR PUSTAKA
http://kwarcabjakartapusat.blogspot.com/2011/01/kesiagaan-bahan-serahan-3.html

Friday, October 11, 2013

MENULIS KARYA TULIS ILMIAH SESUAI TARGET PEMBACA

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah
          Dalam dunia dagang dikenal anggapan bahwa pembeli adalah raja. Sejajar dengan pengertian tersebut, dalam dunia penulisan dapat dianggap bahwa pembaca adalah raja. Hal ini tentunya tidak berlebihan karena pembacalah tujuan utama sebuah penulisan. Tulisan dibuat untuk dibaca dan dipahami pembacanya. Kegagalan dan keberhasilan penulis ditentukan oleh sejauh mana gagasan yang terkandung dalam tulisan tersebut dapat dibaca dan dipahami oleh pembaca.      
          Supaya pembaca dapat memahami tulisan yang disajikan maka penulis perlu memperhatikan beberapa hal. Pertama, penulis perlu memahami psikologi bagaimana pembaca memahami suatu tulisan. Sebetulnya, ini merupakan bidang kajian tersendiri yang disebut psikolinguistik. Oleh karena itu, kita hanya perlu memahami secara sekilas dan mengambil beberapa pengetahuan praktis saja dari bidang kajian tersebut. Kedua, penulis perlu memahami target pembaca karya ilmiah dengan berbagai karakteristiknya. Dengan demikian, penulis dapat menulis karya ilmiah yang sesuai dengan karakteristik target pembaca tersebut.









A. Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud target pembaca dalam penulisan karya tulis ilmiah?
2.      Bagaimana penulisan karya tulis ilmiah yang sesuai target pembaca masyarakat akademis?
3.      Bagaimana penulisan karya tulis ilmiah yang sesuai target pembaca masyarakat ilmiah?
4.      Bagaimana penulisan karya tulis ilmiah yang sesuai target pembaca penyandang dana?
5.      Bagaimana penulisan karya tulis ilmiah yang sesuai target pembaca masyarakat umum?
A.  Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui apa yang dimaksud target pembaca dalam penulisan karya tulis ilmiah.
2.      Mengetahui cara penulisan karya tulis ilmiah yang sesuai dengan target pembaca masyarakat akademis.
3.      Mengetahui cara penulisan karya tulis ilmiah yang sesuai dengan target pembaca masyarakat ilmiah.
4.      Mengetahui cara penulisan karya tulis ilmiah yang sesuai dengan target pembaca penyandang dana.
5.      Mengetahui cara penulisan karya tulis ilmiah yang sesuai dengan target pembaca masyarakat umum.








BAB II
PEMBAHASAN

TARGET PEMBACA
            Target pembaca khalayak sasaran penulisan laporan ilmiah yang dibuat. Pemahaman terhadap target pembaca dan karakteristiknya merupakan merupakan kunci membuat karya tulisan ilmiah yang berhasil. Oleh karena itu, penulis harus mencari tahu hal-hal yang terkait dengan terget pembaca melalui pertanyaan berikut.
1.    Siapa yang akan membaca tulisan itu?
2.    Apa yang mereka ketahui mengenai subjek yang ditulis itu?
3.    Mengapa mereka akan membaca tulisan itu?
4.    Bagaimana mereka akan membaca tulisan itu?
            Pada umumnya target pembaca suatu laporan ilmiah terdiri dari empat kelompok besar, yaitu (1) masyarakat akademis, (2) masyarakat ilmiah, (3) penyandang dana, dan (4) masyarakat umum. Secara terperinci keempat kelompok itu diuraikan sebagai berikut.









A.  MASYARAKAT AKADEMIS
            Seorang mahasiswa calon sarjana, magister, atau doktor, biasanya perlu menyelesaikan laporan penelitian akademik berupa skripsi, tesis, atau disertasi. Dalam hal ini target pembaca dari laporan ilmiah tersebut ialah komisi pemimbingnya dan para petinggi jurusan atau program studi yang terkait dengan penelitian tersebut. Karakteristik dari masyarakat akademis ini terhadap tulisan yang kita buat adalah menguji. Pembaca memfokuskan pada keakuratan informasi serta cara memperoleh informasi tersebut. Bukan saja hasil penelitian yang menjadi perhatian mereka, tetapi juga proses juga proses untuk mendapatkan hasil tersebut yang paling mereka perhatikan. Mereka tentu saja tidak akan mengalami kesulitan dalam proses membaca laporan penelitian mahasiswanya. Jika ada masalah dalam membaca tulisan tersebut bukan karena ada masalah pada pembaca, tetapi masalah pada penulis dalam memaparkan idenya. Laporan ilmiah dengan target pembaca seperti ini memerlukan penggunaan kata-kata yang akurat meskipun menggunakan kata-kata yang sangat teknis yang sulit dipahami masyarakat awam.
















B.  MASYARAKAT ILMIAH
            Suatu jurnal ilmiah biasanya menyajikan tulisan-tulisan yang khusus bagi para ahli di bidang ilmu tertentu. Misalnya, jurnal ilmu kedokteran biasa dibaca oleh para ahli ilmu kedokteran. Perkembangan keilmuan menyebabkan jurnal-jurnal ilmiah makin spesifik. Kita akan menemui jurnal ilmiah yang spesifik membahas bagian khusus dari suatu bidang keilmuan tertentu. Misalnya, jurnal pendidikan yang mengkhusukan pada pnedidikan giometri (suatu cabang dalam matematika) di sekolah dasar.
            Jika suatu tulisan di publikasikan dalam suatu jurnal maka target pembaca tulisan tersebut ialah para ilmuan yang bergerak di bidang yang menjadi spesifikasi keilmuan dalam jurnal tersebut. Karakteristik target pembaca ini bahwa mereka membaca untuk menambah pengetahuan keilmuan dalam bidangnya. Mereka mungkin saja kritis terhadap keakuratan informasi dan cara memperoleh informasi tetapi tidak seperti target pembaca masyarakat akademis, dimana mereka tidak memfokuskan pada menguji. Di samping itu, keakuratan informasi tulisan yang melalui penelaah yang kompeten di bidangnya. Laporan ilmiah untuk target pembaca masyarakat ilmiah mementingkan unsur kebaruan dan orisinalitas informasi ilmiah yang baru dan orisinal sangat dihargai target pembaca masyarakat akademis.








C.   PENYANDANG DANA
            dana dapat memperoleh masukan yang bermanfaat sebagai salah satu bahan mengambil keputusan. Meskipun laporan ilmiah merupakan “pesanan” penyandang dana, namun objektivitas perlu dijaga sesuai dengan etika ilmiah. Penyandang dana adalah orang atau lembaga yang memberikan dana bagi suatu kegiatan ilmiah. Penyandang dana itu dapat berupa lembaga pemerintah, swasta (industri, perusahaan) atau lembaga swadaya masyarakat. Hal-hal yang diharapkan oleh penyandang dana terhadap laporan ilmiah biasanya telah dinyatakan secaa jelas dalam bentuk dokumen kerangka acuan atau tems of reference (TOR). Dalam TOR tersebut secara spesifik pihak penyandang dana menyatakan format serta informasi rahasia, dalam arti hanya boleh diketahui oleh pihak-pihak tertentu saja. Dengan laporan ilmiah tersebut, penyandang Pengertian pesanan dalam hal ini hanyalah menyangkut tujuan kegiatan ilmiah, bukan pada hasilnya. Laporan ilmiah untuk target pembaca penyandang dana menekankan pada kekonsistenan terhadap TOR.











D.  MASYARAKAT UMUM
            Target pembaca masyarakat umum adalah pembaca yang membaca tulisan ilmiah untuk meningkatkan pengetahuan mereka. Peningkatan pengetahuan yang mereka butuhkan berbeda dangan peningkatan pengetahuan yang dibutuhkan masyarakat ilmiah. Masyarakat umum lebih membutuhkan pengetahuan yang bersifat praktis, sedangkan masyarakat ilmiah membutuhkan pengetahuan yang memperkaya wawasan teoritis. Masyarakat umum membutuhkan informasi ilmiah yang berkaitan langsung dengan kehidupan mereka.
            Pembaca masyarakat umum memiliki perbedaan tingkat umur, tingkat pendidikan, pengetahuan, pendapatan, dan status sosial mereka. Penulisan yang ditujukan pada target masyarakat umum memerlukan cara mengomunikasikan hasil penelitian yang hati-hati, cermat, dan teliti. Pengungkapan harus lebih mudah dipahami oleh masyarakat awam dengan cara pengungkapan bahasa sehar-hari yang populer. Istilah teknis sedapat mungkin di hindari agar memudahkan pembaca memahaminya. Jika pembaca masyarakat ilmiah mungkin akan tertarik dengan silang pendapat yang berkepanjangan mengenai suatu bahasan, maka bagi pembaca masyarakat umum sebaiknya difokuskan pada informasi yang sudah pasti saja atau yang sudah disepakati oleh banyak pakar. Laporan ilmiah dengan target pembaca masyarakat umum perlu menekankan pada informasi yang praktis dan terkait dengan kehidupan sehari-hari.







BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
            Dalam penulisan karya tulis ilmiah, pemahaman terhadap target pembaca merupakan kunci untuk membuat karya tulis ilmiah yang berhasil. Target pembaca digolongkan menjadi empat yaitu: (1) masyarakat akademis, (2) masyarakat ilmiah, (3) penyandang dana, dan (4) masyarakat umum. Karakteristik target pembaca masyarakat akademis ialah bersifat menguji terhadap tulisan yang dibacanya, terfokuskan pada keakuratan dan cara memperoleh informasi tersebut. Dan untuk masyarakat ilmiah lebih mementignkan unsur kebenaran dan keaslian informasi. Laporan ilmiah untuk target pembaca penyandang dana menekankan pada kekonsistenan terhadap TOR. meskipun laporan ilmiah merupakan “pesanan” penyandang dana, namun objektivitas perlu dijaga sesuai dengan etika ilmiah. Penulisan terhadap target pembaca masyarakat umum memerlukan cara mengomunikasikan hasil penelitian yang hati-hati, cermat, dan teliti. Pengungkapan harus lebih mudah dipahami masyarakat awam dengan cara menggunakan bahasa sehari hari yang populer.














DAFTAR PUSTAKA

Dardjowidjojo, S. (2003). Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa              Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor,
Semi, M.A. (2003). Menulis Efektif. Padang: Angkas Raya.

Sumarsono, S. (2003). Teknik Penulisan Laporan. Jember: Universiras Jember.