MURASAKI Adi Rara Kuyana, 19 Desember 1995. KIR KREASI PESONA REMAJA SMA N 1 PURBOLINGGO

Sunday, October 20, 2013

MATERI KESIAGAAN PRAMUKA

I. PENDAHULUAN
Siaga adalah anggota muda Gerakan Pramuka yang berusia 07 – 10 tahun. Pada usia tersebut anak-anak memiliki sifat unik yang sangat beraneka. Pada dasarnya mereka merupakan pribadi-pribadi aktif dan tidak pernah diam.  Sifat unik Siaga merupakan kepolosan seorang anak yang belum tahu resiko dan belum  dapat diserahi tugas dan tanggung jawab secara penuh.  Sifat yang cukup menonjol adalah keingintahuan (curiosity) yang sangat tinggi, senang berdendang, menari dan menyanyi, agak manja, suka meniru, senang mengadu, dan sangat suka dipuji.
Kehidupan siaga masih berkisar di seputar keluarga sebagai pusat aktivitasnya. Atas dasar hal tersebut pembinaan pramuka Siaga dikiaskan sebagai “keluarga bahagia” di mana terdapat ayah, ibu, kakak dan adik.  Wadah pembinaan pramuka Siaga disebut Perindukan Siaga yang mengkiaskan bahwa anak seusia siaga masih menginduk pada ayah dan bunda (keluarga).  Hal ini diperjelas dengan formasi pada upacara pembukaan dan penutupan latihan Siaga.   Formasi barisan pada upacara pembukaan dan penutupan latihan Siaga adalah berupa lingkaran di mana Pembina berada di dalamnya, berdiri di tengah lingkaran di belakang bendera. Bentuk lingkaran menyiratkan dunia Siaga yang masih dilindungi dan dibina sepenuhnya oleh pembinanya.  Hal ini  memberi makna bahwa di dalam pembinaan Siaga, porsi terbesar adalah Ing ngarsa sung tulada, atau di depan memberi teladan/contoh, sedangkan porsi ing madya mangun karsa dan tut wuri handayani porsinya lebih kecil.  Bentuk upacara ini juga mengkiaskan bahwa norma dan tata-nilai bagi Siaga mengikuti cermin kepribadian Pembinanya.
II.  MATERI POKOK
1.     Perindukan Siaga.
Satuan di gugusdepan sebagai tempat berhimpunnya Pramuka Siaga disebut Perindukan Siaga.  Perindukan idealnya terdiri atas 18-24 Pramuka Siaga yang dibagi ke dalam 3-4 kelompok, disebut Barung.  Barung yang ideal terdiri atas 6 Pramuka Siaga.  Perindukan Siaga dipimpin oleh Pembina Perindukan Siaga disingkat Pembina Siaga dibantu oleh Pembantu Pembina Siaga.
Untuk melaksanakan tugas di tingkat Perindukan, dipilih Pemimpin Barung Utama, dipanggil Sulung, yang dipilih dari para Pemimpin Barung. Posisi Pemimpin Barung Utama tidak permanen, dapat berganti setelah beberapa kali latihan. Hal ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan lebih banyak bagi anggota Barung berlatih menjadi memimpin.
a.      Kata Perindukan berasal dari kata induk.  Perindukan berarti tempat anak-anak menginduk menjadi satu.
b.     Pembina Perindukan manakala memanggil seluruh anggota Perindukan meneriakkan ”Siaagaaaa….! Dijawab oleh seluruh anggota Perindukan dengan meneriakkan: Siaaap….!
c.      Perindukan harus memiliki standar bendera dan tiangnya serta bendera Merah Putih, untuk upacara pembukaan dan penutupan latihan, bendera Pramuka, tali-temali, buku-buku ceritera untuk Siaga, peralatan memasak untuk sarana latihan, dan peralatan perkemahan, sebagaimana halnya peralatan gugusdepan.
d.     Perindukan Siaga Putera dapat dibina oleh Pembina dan Pembantu Pembina putera maupun Pembina dan Pembantu Pembina puteri, sedangkan Perindukan Siaga Puteri hanya dapat dibina oleh Pembina dan Pembantu Pembina puteri.
2.     Barung.
Kelompok kecil dalam Perindukan Siaga yang idealnya beranggotakan 6 Pramuka Siaga, disebut Barung.  Kata Barung berarti rumah jaga  suatu bangunan.
a.      Setiap  Barung baik Siaga putera maupun Siaga puteri memiliki nama Barung yang diambil dari nama warna seperti Barung Merah, Biru, Hijau, Putih, dan Barung Kuning.  Setiap warna memiliki makna dan kiasannya, dan nama Barung merupakan cerminan sifat-sifat baik yang menonjol yang akan ditiru oleh anggota Barung tersebut.
b.     Keanggotaan Barung tidak bersifat menetap, dapat diubah setiap 1-2 bulan sekali, dilakukan secara teratur sebagai bagian dari dinamika Perindukan.
c.      Barung tidak memakai bendera barung, karena pelaksanaan kegiatan Pramuka Siaga pada umumnya dilaksanakan di tingkat Perindukan.  Kegiatan di tingkat barung hanya berupa permainan singkat dan spontan.
d.     Barung memiliki Buku Daftar hadir anggota, dan kas anggota.
e.      Barung dipimpin secara bergilir oleh seorang Pemimpin Barung dan seorang Wakil Pemimpin Barung, dipilih oleh dan dari anggota Barung dengan bantuan Pembina dan Pembantu Pembina Siaga.
f.       Setiap kegiatan Barung didampingi Pembina dan Pembantu Pembina Siaga.
3.     Dewan Siaga (Dewan Satuan Siaga)
Dewan Siaga dibentuk untuk memenuhi hak anak dan melatih kepemimpinan Pramuka Siaga.  Dewan Siaga beranggotakan seluruh anggota perindukan.  Ketua Dewan Siaga adalah Pemimpin Barung Utama atau Sulung.   Pertemuan Dewan Siaga diadakan tiga bulan sekali atau sesuai kebutuhan program atau aktivitas.
Dewan Siaga bertugas:
•        Memilih dan membahas kegiatan yang diusulkan Pembina,
•        Mengatur kegiatan perindukan,
•        Menjalankan keputusan-keputusan yang diambil Dewan, termasuk pemberian penghargaan.
Pada Perindukan Siaga tidak dibentuk Dewan Kehormatan, semua tugas Dewan Kehormatan berada di tangan Pembina.
4.     Kegiatan Siaga
Kegiatan Siaga adalah kegiatan yang menggembirakan, dinamis, kekeluargaan, dan berkarakter. Pembina adalah kunci pokok di dalam mengemas bahan latihan, dan kreativitas Pembina sangat diperlukan. Semakin akrab hubungan antara Pembina dengan Siaga maka akan semakin tinggi tingkat ketertarikan Siaga untuk tetap berlatih.
Untuk menjadi Pembina Siaga diperlukan kesabaran, pandai berceritera, lebih baik bila pandai menyanyi, bertubuh sehat dan energik, pandai senam, dan tentu saja berbudi pekerti yang luhur sebagaimana syarat menjadi Pembina Pramuka.
Di dalam kegiatan latihan, dapat dilakukan pemenuhan/pengujian Syarat-syarat Kecakapan Umum (SKU) dan Syarat Kecakapan Khusus (SKK) Siaga.
SKU Siaga adalah syarat kecakapan yang wajib dimiliki oleh Siaga untuk mendapatkan Tanda Kecakapan Umum yang merupakan alat pendidikan sebagai perangsang dan pendorong untuk memperoleh kecakapan yang berguna bagi kehidupannya.
Tingkat pengadopsian nilai-nilai kepramukaan dan keterampilan dilakukan melalui pendadaran Syarat Kecakapan Khusus (SKK).
Ada 4 jenjang kenaikan tingkat kecakapan umum bagi Pramuka Siaga yakni:
-         Siaga Mula
-         Siaga Bantu
-         Siaga Tata
-         Siaga Garuda
Syarat Kecakapan Khusus Siaga.
Selain kecakapan umum Siaga dapat mengambil kecakapan khusus yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Secara umum Syarat Kecakapan Khusus ada tingkatan yakni tingkat:
-         Purwa
-         Madya
-         Utama
Secara garis besar kegiatan Siaga dibagi menjadi:
a.     Kegiatan Latihan Rutin
1)     Mingguan
-         Upacara pembukaan latihan.
-         Upacara penutupan latihan. Di sini jangan lupa Pembina Upacara menyampaikan rasa terima-kasih dan titip salam pada keluarga adik-adik Siaga, serta jangan lupa latihan yang akan datang mengajak teman yang lain untuk ikut menjadi anggota baru Siaga.  
2)     Bulanan/ dua bulanan / tiga bulanan/ menurut kesepakatan.
Kegiatan ini bisa diselenggarakan atas dasar keputusan Dewan Siaga dan Pembinanya, dengan jenis kegiatan yang biasanya berbeda dengan kegiatan rutin mingguan.
b.     Pertemuan Besar Siaga
Pertemuan ini diikuti oleh beberapa Perindukan Siaga yang dilaksanakan pada waktu tertentu dalam rangka peringatan  hari-hari besar /Pramuka.
Acara Pertemuan Besar Siaga disebut Pesta Siaga merupakan pertemuan yang bersifat kreatif,senang-senang, rekreatif, edukatif dan banyak bergerak.
Pesta Siaga dapat berbentuk:
•        Bazar Siaga, memamerkan hasil hasta karya Pramuka Siaga.
•        Permainan bersama.
•        Darmawisata.
•        Perkemahan Siaga/perkemahan sehari.
•        Karnaval Siaga.
Dengan banyaknya jenis kegiatan maka tidak mungkin seorang Pembina kekurangan bahan latihan.
 III. PENUTUP
Peserta didik pada proses pendidikan dalam Gerakan Pramuka berperan sebagai subjek pendidikan, oleh karena itu pendapatnya, keinginannya, harus dihargai. Dalam membina Siaga konsep Ing Ngarsa Sung Tulada (di depan memberi keteladanan)  porsinya lebih banyak dibandingkan dengan Ing Madya Mangun Karsa (di tengah-tengah membangun /menggerakkan kemauan) dan Tut Wuri Handayani  (dari belakang memberi dorongan)
DAFTAR PUSTAKA
http://kwarcabjakartapusat.blogspot.com/2011/01/kesiagaan-bahan-serahan-3.html

Friday, October 11, 2013

MENULIS KARYA TULIS ILMIAH SESUAI TARGET PEMBACA

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah
          Dalam dunia dagang dikenal anggapan bahwa pembeli adalah raja. Sejajar dengan pengertian tersebut, dalam dunia penulisan dapat dianggap bahwa pembaca adalah raja. Hal ini tentunya tidak berlebihan karena pembacalah tujuan utama sebuah penulisan. Tulisan dibuat untuk dibaca dan dipahami pembacanya. Kegagalan dan keberhasilan penulis ditentukan oleh sejauh mana gagasan yang terkandung dalam tulisan tersebut dapat dibaca dan dipahami oleh pembaca.      
          Supaya pembaca dapat memahami tulisan yang disajikan maka penulis perlu memperhatikan beberapa hal. Pertama, penulis perlu memahami psikologi bagaimana pembaca memahami suatu tulisan. Sebetulnya, ini merupakan bidang kajian tersendiri yang disebut psikolinguistik. Oleh karena itu, kita hanya perlu memahami secara sekilas dan mengambil beberapa pengetahuan praktis saja dari bidang kajian tersebut. Kedua, penulis perlu memahami target pembaca karya ilmiah dengan berbagai karakteristiknya. Dengan demikian, penulis dapat menulis karya ilmiah yang sesuai dengan karakteristik target pembaca tersebut.









A. Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud target pembaca dalam penulisan karya tulis ilmiah?
2.      Bagaimana penulisan karya tulis ilmiah yang sesuai target pembaca masyarakat akademis?
3.      Bagaimana penulisan karya tulis ilmiah yang sesuai target pembaca masyarakat ilmiah?
4.      Bagaimana penulisan karya tulis ilmiah yang sesuai target pembaca penyandang dana?
5.      Bagaimana penulisan karya tulis ilmiah yang sesuai target pembaca masyarakat umum?
A.  Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui apa yang dimaksud target pembaca dalam penulisan karya tulis ilmiah.
2.      Mengetahui cara penulisan karya tulis ilmiah yang sesuai dengan target pembaca masyarakat akademis.
3.      Mengetahui cara penulisan karya tulis ilmiah yang sesuai dengan target pembaca masyarakat ilmiah.
4.      Mengetahui cara penulisan karya tulis ilmiah yang sesuai dengan target pembaca penyandang dana.
5.      Mengetahui cara penulisan karya tulis ilmiah yang sesuai dengan target pembaca masyarakat umum.








BAB II
PEMBAHASAN

TARGET PEMBACA
            Target pembaca khalayak sasaran penulisan laporan ilmiah yang dibuat. Pemahaman terhadap target pembaca dan karakteristiknya merupakan merupakan kunci membuat karya tulisan ilmiah yang berhasil. Oleh karena itu, penulis harus mencari tahu hal-hal yang terkait dengan terget pembaca melalui pertanyaan berikut.
1.    Siapa yang akan membaca tulisan itu?
2.    Apa yang mereka ketahui mengenai subjek yang ditulis itu?
3.    Mengapa mereka akan membaca tulisan itu?
4.    Bagaimana mereka akan membaca tulisan itu?
            Pada umumnya target pembaca suatu laporan ilmiah terdiri dari empat kelompok besar, yaitu (1) masyarakat akademis, (2) masyarakat ilmiah, (3) penyandang dana, dan (4) masyarakat umum. Secara terperinci keempat kelompok itu diuraikan sebagai berikut.









A.  MASYARAKAT AKADEMIS
            Seorang mahasiswa calon sarjana, magister, atau doktor, biasanya perlu menyelesaikan laporan penelitian akademik berupa skripsi, tesis, atau disertasi. Dalam hal ini target pembaca dari laporan ilmiah tersebut ialah komisi pemimbingnya dan para petinggi jurusan atau program studi yang terkait dengan penelitian tersebut. Karakteristik dari masyarakat akademis ini terhadap tulisan yang kita buat adalah menguji. Pembaca memfokuskan pada keakuratan informasi serta cara memperoleh informasi tersebut. Bukan saja hasil penelitian yang menjadi perhatian mereka, tetapi juga proses juga proses untuk mendapatkan hasil tersebut yang paling mereka perhatikan. Mereka tentu saja tidak akan mengalami kesulitan dalam proses membaca laporan penelitian mahasiswanya. Jika ada masalah dalam membaca tulisan tersebut bukan karena ada masalah pada pembaca, tetapi masalah pada penulis dalam memaparkan idenya. Laporan ilmiah dengan target pembaca seperti ini memerlukan penggunaan kata-kata yang akurat meskipun menggunakan kata-kata yang sangat teknis yang sulit dipahami masyarakat awam.
















B.  MASYARAKAT ILMIAH
            Suatu jurnal ilmiah biasanya menyajikan tulisan-tulisan yang khusus bagi para ahli di bidang ilmu tertentu. Misalnya, jurnal ilmu kedokteran biasa dibaca oleh para ahli ilmu kedokteran. Perkembangan keilmuan menyebabkan jurnal-jurnal ilmiah makin spesifik. Kita akan menemui jurnal ilmiah yang spesifik membahas bagian khusus dari suatu bidang keilmuan tertentu. Misalnya, jurnal pendidikan yang mengkhusukan pada pnedidikan giometri (suatu cabang dalam matematika) di sekolah dasar.
            Jika suatu tulisan di publikasikan dalam suatu jurnal maka target pembaca tulisan tersebut ialah para ilmuan yang bergerak di bidang yang menjadi spesifikasi keilmuan dalam jurnal tersebut. Karakteristik target pembaca ini bahwa mereka membaca untuk menambah pengetahuan keilmuan dalam bidangnya. Mereka mungkin saja kritis terhadap keakuratan informasi dan cara memperoleh informasi tetapi tidak seperti target pembaca masyarakat akademis, dimana mereka tidak memfokuskan pada menguji. Di samping itu, keakuratan informasi tulisan yang melalui penelaah yang kompeten di bidangnya. Laporan ilmiah untuk target pembaca masyarakat ilmiah mementingkan unsur kebaruan dan orisinalitas informasi ilmiah yang baru dan orisinal sangat dihargai target pembaca masyarakat akademis.








C.   PENYANDANG DANA
            dana dapat memperoleh masukan yang bermanfaat sebagai salah satu bahan mengambil keputusan. Meskipun laporan ilmiah merupakan “pesanan” penyandang dana, namun objektivitas perlu dijaga sesuai dengan etika ilmiah. Penyandang dana adalah orang atau lembaga yang memberikan dana bagi suatu kegiatan ilmiah. Penyandang dana itu dapat berupa lembaga pemerintah, swasta (industri, perusahaan) atau lembaga swadaya masyarakat. Hal-hal yang diharapkan oleh penyandang dana terhadap laporan ilmiah biasanya telah dinyatakan secaa jelas dalam bentuk dokumen kerangka acuan atau tems of reference (TOR). Dalam TOR tersebut secara spesifik pihak penyandang dana menyatakan format serta informasi rahasia, dalam arti hanya boleh diketahui oleh pihak-pihak tertentu saja. Dengan laporan ilmiah tersebut, penyandang Pengertian pesanan dalam hal ini hanyalah menyangkut tujuan kegiatan ilmiah, bukan pada hasilnya. Laporan ilmiah untuk target pembaca penyandang dana menekankan pada kekonsistenan terhadap TOR.











D.  MASYARAKAT UMUM
            Target pembaca masyarakat umum adalah pembaca yang membaca tulisan ilmiah untuk meningkatkan pengetahuan mereka. Peningkatan pengetahuan yang mereka butuhkan berbeda dangan peningkatan pengetahuan yang dibutuhkan masyarakat ilmiah. Masyarakat umum lebih membutuhkan pengetahuan yang bersifat praktis, sedangkan masyarakat ilmiah membutuhkan pengetahuan yang memperkaya wawasan teoritis. Masyarakat umum membutuhkan informasi ilmiah yang berkaitan langsung dengan kehidupan mereka.
            Pembaca masyarakat umum memiliki perbedaan tingkat umur, tingkat pendidikan, pengetahuan, pendapatan, dan status sosial mereka. Penulisan yang ditujukan pada target masyarakat umum memerlukan cara mengomunikasikan hasil penelitian yang hati-hati, cermat, dan teliti. Pengungkapan harus lebih mudah dipahami oleh masyarakat awam dengan cara pengungkapan bahasa sehar-hari yang populer. Istilah teknis sedapat mungkin di hindari agar memudahkan pembaca memahaminya. Jika pembaca masyarakat ilmiah mungkin akan tertarik dengan silang pendapat yang berkepanjangan mengenai suatu bahasan, maka bagi pembaca masyarakat umum sebaiknya difokuskan pada informasi yang sudah pasti saja atau yang sudah disepakati oleh banyak pakar. Laporan ilmiah dengan target pembaca masyarakat umum perlu menekankan pada informasi yang praktis dan terkait dengan kehidupan sehari-hari.







BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
            Dalam penulisan karya tulis ilmiah, pemahaman terhadap target pembaca merupakan kunci untuk membuat karya tulis ilmiah yang berhasil. Target pembaca digolongkan menjadi empat yaitu: (1) masyarakat akademis, (2) masyarakat ilmiah, (3) penyandang dana, dan (4) masyarakat umum. Karakteristik target pembaca masyarakat akademis ialah bersifat menguji terhadap tulisan yang dibacanya, terfokuskan pada keakuratan dan cara memperoleh informasi tersebut. Dan untuk masyarakat ilmiah lebih mementignkan unsur kebenaran dan keaslian informasi. Laporan ilmiah untuk target pembaca penyandang dana menekankan pada kekonsistenan terhadap TOR. meskipun laporan ilmiah merupakan “pesanan” penyandang dana, namun objektivitas perlu dijaga sesuai dengan etika ilmiah. Penulisan terhadap target pembaca masyarakat umum memerlukan cara mengomunikasikan hasil penelitian yang hati-hati, cermat, dan teliti. Pengungkapan harus lebih mudah dipahami masyarakat awam dengan cara menggunakan bahasa sehari hari yang populer.














DAFTAR PUSTAKA

Dardjowidjojo, S. (2003). Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa              Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor,
Semi, M.A. (2003). Menulis Efektif. Padang: Angkas Raya.

Sumarsono, S. (2003). Teknik Penulisan Laporan. Jember: Universiras Jember.

HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA

TUGAS INDIVIDU
HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA




Nama            : Adi Rara Kuyana
NPM           : 1313053005
Semester     : I A




Mata Kuliah        : Dasar – Dasar Pendidikan
Dosen Pengampu          : Dr. Hi. Darsono, M.Pd





http://staff.unila.ac.id/janter/files/2012/05/logo-unila-bw.jpg







PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2013

KATA  PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah yang berjudul “Hakikat Manusia dan Pengembangannya” ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu yang penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini memuat tentang “Hakikat Manusia dan Pengembangannya”. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd. selaku Dosen Mata Kulaih Dasar - Dasar    Pendidikan   yang telah memberikan masukan dalam penyusunan makalah ini.
2. Kedua orang tua kami, serta rekan rekan mahasiswa yang telah memberikaan semangat, ide dan bantuannya sehingga penyusun dapat menylesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan manfaat yang lebih luas kepada pembaca. Penyusun sadar bahwa makalah ini masih banyak memerlukan perbaikan. Untuk itu mohon saran dan kritiknya. Terima kasih.



     Metro, 14 september 2013

                                                                             
                                                                              Penyusun




DAFTAR ISI


   Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................        1
KATA PENGANTAR .............................................................................        2
DAFTAR ISI .............................................................................................        3
BAB I PENDAHULUAN
A.                       Latar Belakang  Masalah.................................................................      4
B.                       Rumusan Masalah  .........................................................................      4
C.                       Tujuan  Penulisan............................................................................      4
BAB II PEMBAHASAN 
A.             Pengertian Sifat Hakikat Manusia...................................................      5
B.     ...... Dimensi-Dimensi Hakekat Manusia.................................................       6
C.              Pengembangan Dimensi - Dimensi Hakikat Manusia………….....       8
D.             Sosok Manusia Seutuhnya...............................................................      9
BAB III PENUTUP
1.      Kesimpulan................................................................................    10
2.      Saran .........................................................................................    10

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................    11












BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Sasaran pendidikan adalah manusia, oleh karena itu seorang pendidik haruslah memiliki gambaran yang jelas tentang siapa manusia itu sebenarnya. Manusia adalah mahluk Tuhan yang paling sempurna yang memiliki ciri khas yang secara prinsipiil bereda dari hewan.
Ciri khas manusia yang membedakan dengan hewan ialah hakikat manusia. Disebut hakikat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki manusia dan tidak dimiliki hewan.
Dengan pemahaman yang jelas tentang hakikat manusia maka seorang pendidik diharapan dapat membuat peta karakteristik manusia, sebagai acuan baginya dalam bersikap, menyusun strategi, metode, dan teknik.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah yang  dimaksud sifat hakekat manusia?
2.      Apa saja yang di sebut sebagai dimensi hakekat manusia?
3.      Bagaimana mengembangkan dimensi hakekat manusia?
4.      Bagaimanakah sosok gambaran manusia seutuhnya?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah dasar-dasar pendidikan.
2.      Untuk mengenal lebih dalam tentang sifat hakikat manusia
3.      Untuk memhami dimensi-dimensi hakikat manusia
4.      Untuk memahami bagaimana pengembangan dimensi hakikat manusia
5.      Untuk mengenal sosok manusia seutuhnya







BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Sifat Hakikat Manusia
            Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik yang secara prinsipil membedakan manusia dengan hewan meskipun antara manusia dan hewan banyak kemiripan terutama jika dilihat dari segi biologisnya. Kesamaan secara biologis ini misalnya adanya kesamaan bentuk (misalnya kera), bertulang belakang seperti manusia, berjalan tegak dengan menggunakan kedua kakinya, melahirkan dan menyusui anak, pemakan segalanya, dan adanya persamaan metabolisme dengan manusia. Bahkan beberapa filosof seperti Socrates menamakan manusia itu zoon politicon (hewan yang bermasyarakat), Max Scheller menggambarkan manusia sebagai das kranke tieri (hewan yang sakit) (Drijakara, 1962:138).
            Kenyataan dalam pernyataan tersebut dapat menimbulkan kesan yang keliru, mengira bahwa manusia dan hewan hanya berbeda secara gradual, yaitu suatu perbedaan yang melalui rekayasa dapat dibuat menjadi sama keadaannya, misalnya air karena perubahan temperatur lalu menjadi es batu. Seolah-olah dengan kemahiran rekayasa pendidikan, orang hutan, misalnya, dapat dijadikan manusia. Upaya manusia untuk mendapatkan keterangan bahwa hewan tidak identik dengan manusia telah ditemukan. Charles Darwin dengan teori evolusinya telah berjuang untuk menemukan bahwa manusia berasal dari kera, tetapi temuannya ini ternyata gagal. Ada misteri yang dianggap menjembatani proses perubahan dari kera ke manusia yang tidak sanggup diungkapkan yang disebut the missing link, yaitu suatu mata rantai yang putus. Ada suatu proses antara yang tak dapat dijelaskan. Jelasnya tidak ditemukan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa manusia muncul sebagai bentuk ubah dari primata atau kera melalui proses evolusi yang bersifat gradual.




B.     Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia
B.1 Dimensi Keindividualan
            Setiap anak manusia yang dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain atau menjadi dirinya sindiri. Inilah sifat individualitas.
            Karena adanya individualitas itu setiap orang mempunyai kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangat dan daya tahan yang berbeda-beda. Setiap manusia memiliki kepribadian unik yang tidak dimiliki oleh orang lain.

B.2  Dimensi Kesosialan
            Setiap bayi yang lahir dikaruniai potensi sosialitas demikian dikatakan Mj Langeveld (1955 : 54) dalam buku (Pengantar Pendidikan, Prof. Dr. Tirtaraharja dan Drs. S.L La Ulo 2005 : 18). Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa setiap anak dikaruniai benih kemungkinan untuk bergaul. Artinya setiap orang dapat saling berkomunikasi yang pada hakikatnya di dalamnya ada unsur saling memberi dan menerima.
            Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampak jelas pada dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorongan untuk bergaul setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya.
            Manusia hanya menjadi menusia jika berada diantara manusia. Tidak ada seorangpun yang dapat hidup seorang diri lengkap dengan sifat hakekat kemanusiaannya di tempat yang terasing. Sebab seseorang hanya dapat mengembangkan sifat individualitasnya di dalam pergaulan sosial seseorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya di dalam interaksi dengan sesamanya.
B.3  Dimensi Kesusilaan
Pengertian susila dapat diartikan sebagai kepantasan yang lebih tinggi. Dalam masyarakat yang menyangkut kemasyarakatan yang menyangkut kesusilaan terkait dengan etika dan etiket. Jika etika dilanggar ada orang lain yang dirugikan. Sedangkan etiket bila dilanggar maka hanya menimbulkan orang lain tidak senang.
Masalah kesusilaan maka akan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Nilai-nilai merupakan sesuatu yang dijungjung tinggi oleh manusia karena mengandung makna kebaikan, keluhuran, kemulyaan dan sebagainya. Pada hakekatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan nilai-nilai susila dan melaksanakannya.
Sehingga dengan demikian dapat dikatakan manusia bila memiliki nilai-nilai, menghayati dan melaksanakan nilai-nilai tersebut.

B.4  Dimensi Keberagamaan
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk religious. Pandangan Martin Buber “ bahwa manusia adalah makhluk Tuhan dan sekaligus mengandung kemungkinan baik dan jahat” adalah sesuai dengan pandangan manusia sebagai makhluk Tuhan”.
Menurut agama Islam pendidikanlah yang menentukan sesorang akan menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Dalam agama islam dikemukakan “Tiap anak dilahirkan bersih, suci, orang tuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi”.
Agama merupakan sandaran vertical bagi manusia. Manusia dapat memahami agama melalui proses pendidikan agama. Ph. Kohnstamm berpendapat bahwa pendidikan agama seyogyanya menjadi tugas orang tua.
            Pemerintah dengan berlandaskan pada GBHN memasukan pendidikan agama kedalam kurikulum di sekolah, mulai dari SD s/d PT. disini perlu ditekankan bahwa meskipun pengkajian agama melalui pelajaran agama ditingkatkan, namun tetap harus disadari bahwa tekanannya adalah pendidikan agama dan bukan semata-mata pelajaran agama yang hanya memberikan pengetahuan agama. Jadi segi-segi afektif harus di utamakan.






C.    Pengembangan Dimensi -Dimensi Hakikat Manusia

            Seperti yang telah kita ketahui bahwa sasaran pendidikan adalah manusia, artinya bahwa pengembangan dimensi hakikat manusia menjadi tugas pendidik.Ketika terlahir ke dunia manusia telah dikaruniai oleh Tuhan dimensi manusia dalam wujud potensi, namun belum teraktualisasi menjadi wujud kenyataan atau aktualisasi.Dan dari kondisi “potensi” menjadi wujud aktualisasi terdapat rentang-rentang proses yang mengundang pendidikan untuk berperan.
            Meskipun pada dasarnya pendidikasn itu baik tetapi dalam pelaksanaan mungkin saja terjadi kesalahan–kesalahan yang secara lazimnya disebut salah didik. Hal itu bisa terjadi karena pendidik itu adalah manusia biasa, yang tidak luput dari kelemahan-kelemahan. Sehubungan dengan itu ada dua kemungkinan yang terjadi:
1. Pengembangan Yang Utuh
Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua faktor, yaitu kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas pendidikan yang disediakan untuk memberi pelayanan atas perkembangannya.
Selanjutnya pengembangan yang utuh dapat dilihat dari berbagai segi yaitu : wujud dimensi dan arahnya.
a.      Dari Wujud Dimensinya
            Keutuhan terjadi antara aspek jasmani dan rohani, antara dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagamaan, antara antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor,. Pengembangan aspek jasmaniyah dan rohaniah dikatakan utuh jika keduanya mendapat pelayanan secara seimbang.
            Pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagamaan dikatakan utuh jika semua dimensi tersebut mendapat layanan dengan baik, tidak terjadi pengabaian terhadap salah satunya.
b.      Dari Arah Pengembangan
            Keutuhan pengembangan dimensi hakikatb manusia dapat diarahkan kepada pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagamaan secara terpadu.
            Dapat disimpulkan bahwa pengembangan dimensi hakikat manusia yang utuh diartikan sebagai pembinaaqn terpadu terhadap dimensi hakikat manusi sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara selaras. Perkembangan dimaksud mencakup yaqng bersifat horizontal (yang menciptakan keseimbangan) dan yang bersifat vertical (yang menciptakn ketinggian martabat manusia). Dengan demikian secara totalitas membentuk manusia yang utuh.

2. Pengembangan Yang Tidak Utuh

            Pengembangan yang tidak utuh terhadap terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi di dalam proses pengembangan ada unsur dimensi hakikat manusia yang terabaikan untuk ditngani, misalnya dimensi kesosialan didominasi oleh pengembangan dimensi keindividualan ataupun domain afektif didominasi oleh pengembangan domain kognitif. Demikian pula secara vertical ada domain tingkah laku yang terabaikan penangannya.

D.    Sosok Manusia Seutuhnya
            Sosok manusia seutuhnya berarti bahwa pembangunn itu tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah, seperti sandang, pangan, kesehatan, ataupun kepuasan batiniah seperti pendidikan, rasa aman, bebas mengelurkan pendapat yang bertanggung jawab melainkan keselarasan, keserasian dan keseimbangan diantara keduanya sekaligus batiniah. selanjutnya juga diartikan bahwa pembanguinan itu merata diseluiruh tanah air bukan hanya untuk golongan atau sebagian dari masyarakat. Selanjutnya juga diartikan keselarasan hubungan manusia dengan Tuhannya , antara sesama manusia, antara manusia dengan lingkungan sekitarnya, keselerasian antar bangsa-bangsa dan juga keselarasan antara cita-cita hidup didunia dengan kebahagiaan di akhirat.





BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Manusia merupakan makhluk yang sempurna. Manusia memiliki akal untuk menghadapi kehidupannya di dunia ini. Akal juga memerlukkan pendidikan sebagai obyek yang akan dipikirkan. Fungsi akal tercapai apabila akal itu sendiri dapat menfungsikan, dan obyeknya itu sendiri adalah ilmu pengetahuan. Maka dari itu, manusia pada hakikatnya adalah makhluk peadagogis, makhluk social, makhluk individual, makhluk beragama, dan hal ini telah dijelaskan pada bab pembahasan.
B.     Saran
            Dari penulisan makalah ini penulis menyarankan agar kita sebagai manusia harus menjadi individu yang berguna untuk diri sendiri dan orang lain. Karena di samping itu manusia adalah makhluk sosial yang memiliki dimensi-dimensi hakikat manusia seutuhnya yang bisa dikembangkan supaya menjadi makhluk sosial yang baik.















DAFTAR PUSTAKA

1.      http://nahulinguistik.wordpress.com/2012/09/04/hakikat-manusia-dan-pengembangannya/
2.      http://pritowindiarto.blogspot.com/2009/12/ hakikat-manusia-dan.html
3.      http://harryantony26.blogspot.com/2012/12/tugas-i-4-dimensi-dimensi-hakekat.html

4.      https://sites.google.com/site/deryindragandi/dimensi-dimensi-hakikat-manusia