MURASAKI Adi Rara Kuyana, 19 Desember 1995. KIR KREASI PESONA REMAJA SMA N 1 PURBOLINGGO

Monday, December 1, 2014

SYARAT PEMBELAJARAN BERBASIS TIK

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Permasalahan pendidikan yang mencuat saat ini, meliputi pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan, peningkatan mutu atau kualitas, relevansi, dan efisiensi pendidikan. Permasalahan serius yang masih dirasakan oleh pendidikan mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi adalah masalah kualitas. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan ini adalah melalui pendekatan teknologi pendidikan. Ada tiga prinsip dasar dalam teknologi pendidikan sebagai acuan dalam pengembangan dan pemanfaatannya, yaitu pendekatan sistem, berorientasi pada siswa, dan pemanfaatan pada sumber belajar (Sadiman, 1984). Prinsip pendekatan sistem berarti bahwa penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran perlu didisain atau dirancang dengan menggunakan pendekatan sistem. Dalam merancang pembelajaran diperlukan langkah-langkah prosedural meliputi: identifikasi masalah, analisis keadaan, identifikasi tujuan, pengelolaan pembelajaran, penetapan metode, penetapan media, dan evaluasi pembelajar-an (IDI model, 1989). Prinsip berorientasi pada siswa berarti bahwa dalam pembelajaran hendaknya memusatkan perhatiannya pada peserta didik dengan memperhatikan karakteristik, minat, potensi dari siswa. Prinsip pemanfaatan sumber belajar berarti dalam pembelajaran, siswa hendaknya dapat memanfaatkan sumber belajar untuk mengakses pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkannya. Satu hal lagi bahwa teknologi pendidikan adalah satu bidang yang menekankan pada aspek belajar siswa.

Mendayagunakan teknologi komunikasi dan informasi di sekolah adalah salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Berbagai penelitian baik di dalam maupun di luar negeri menunjukkan bahwa pemanfaatan bahan ajar yang dikemas dalam bentuk media berbasis ICT dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Bersamaan dengan itu, pada generasi e–learning ini, kesadaran masyarakat akan proses belajar mengajar dengan menggunakan media ICT akan semakin besar. Berangkat dari keadaan tersebut, saat ini juga merupakan waktu yang tepat untuk merangsang   masyarakat   agar   mulai   menggunakan   teknologi   dalam   upaya pengembangan sumber daya manusia. Namun demikian, media pembelajaran berbasis ICT dan pemanfaatanya berupa e–learning masih belum banyak dikembangkan dan dimanfaatkan di Indonesia. Oleh karena   itu,   perlu   ditumbuhkan   kesadaran   masyarakat   untuk   lebih   memberi perhatian pada peningkatan kuantitas dan kualitas media pembelajaran berbasis ICT dan pemanfaatannya di Indonesia.

1.2.Rumusan Masalah

1.Apa saja syarat media pembelajaran?

2.Apa saja komponen atau syarat pembelajaran berbasis TIK?

3.Apa saja fungsi TIK dalam Pembelajaran?

4.Apa saja manfaat TIK dalam Pembelajaran?

1.3.Tujuan

1. Mengetahui syarat media pembelajaran.

2. Mengetahui syarat-syarat pembelajaran berbasis TIK.

3. Mengetahui fungsi TIK dalam Pembelajaran.

4. Mengetahui manfaat TIK dalam Pembelajaran.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Syarat Media Pembelajaran

Media-media yang akan dipilih dalam proses pembelajaran juga harus memenuhi syarat-syarat visible, intresting, simple, useful, accurate, legitimate, structure (VISUALS). Penjelasan dari syarat tersebut adalah:

· Visible atau mudah dilihat, artinya media yang digunakan harus dapat memperikan keterbacaan bagi orang lain yang melihatnya;

· Interesting atau menarik, yaitu media yang digunakan harus memiliki nilai kemenarikan. Sehingga yang melihatnya akan tergerak dan terdorong untuk memperhatikan pesan yang disampaikan melalui media tersebut;

· Simple atau sederhana, yaitu media yang digunakan juga harus memiliki nilai kepraktisan dan kesederhanaan, sehingga tidak berakibat pada in-efesiensi dalam pembelajaran;

· Useful atau bermanfaat, yaitu media yang digunakan dapat bermanfaat dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang diharapkan,

· Accurate  atau benar, yaitu media yang dipilih benar-benar sesuai dengan karakteristik materi atau tujuan pembelajaran. Atau dengan kata lain media tersebut benar-benar valid dalam pembuatan dan penggunaannya dalam pembelajaran;

· Legitimate atau Sah, masuk akal artinya media pembelajaran dirancang dan digunakan untuk kepentingan pembelajaran oleh orang atau lembaga yang berwenang (seperti guru);

· Structure atau tersetruktur artinya media pembelajaran, baik dalam pembuatan atau penggunaannya merupakan bagian tak terpisahkan dari materi yang akan disampaikan melalui media tersebut.

2.2. Syarat yang Dibutuhkan dalam Pembelajaran berbasis TIK

Syarat-syarat yang   harus   disiapkan   untuk   menerapkan pembelajaran berbasis TIK yaitu: 1) Infrastruktur, 2) SDM, dan 3) Konten dan aplikasi.

1.        Infrastruktur

Pengembangan infrastruktur  ICT pada lingkungan pendidikan di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1995, juga tumbuhnya ICT Center disetiap kabupaten/kota sejak   tahun   2000,   namun   terlihat   semakin   pesat   sejak   tahun   2006   dengan dikembangkannya Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas). Jejaring  pendidikan   nasional   adalah   Wide   Area   Network   (WAN)   yang menghubungkan   seluruh   kantor   dinas   pendidikan   propinsi,   kabupaten/kota, sekolah-sekolah dan perguruan tinggi. Jejaring ini dibuat untuk memperlancar dan mengoptimalkan arus komunikasi, data dan informasi antar pelaksana pendidikan, sehingga data dan informasi menjadi lebih optimal, lancar, transparan, efektif dan efisien.

Secara umum, Jardiknas dapat dibagi menjadi 3 zona, yaitu: a) Zona Kantor Dinas Pendidikan / Institusi, b) Zona Perguruan Tinggi, dan c) Zona Sekolah.

a.    Zona Kantor Dinas Pendidikan / Institusi

Zona   ini  menghubungkan  kantor-kantor   dinas   pendidikan   propinsi, kabupaten/kota, PPPG, LPMP, Balai Bahasa, SKB dan institusi pendidikan lainnya. Jaringan pada zona ini diprioritaskan untuk implementasi transaksi on line Sistem Informasi Manajemen (SIM) Pendidikan.

b.    Zona Perguruan Tinggi (Inherent)

Zona ini menghubungkan perguruan tinggi yang ada pada 33 propinsi, dan disebut juga dengan Inherent (Indonesia Higher Education Network) Jaringan   ini   diprioritaskan   untuk   pelaksanaan   riset   dan   pengembangan perguruan tinggi, sehingga menggunakan bandwidth yang cukup besar.

c.    Zona Sekolah

Zona ini akan dikembangkan pada tahun 2007 dan menghubungkan 6500 sekolah dengan menggunakan teknologi ADSL. Zona ini dikembangkan dalam area yang terbatas oleh kemampuan layanan ADSL yang dapat dicapai oleh PT Telkom

2.        Sumber Daya Manusia

Pengembangan SDM juga dilakukan Depdiknas sejak dilakukan sosialisasi tentang Internet   pada   tahun   1999.   Sejak   saat   itu   banyak   pelatihan  ICT,  antara   lain: Pelatihan   Internet,   SMK   TI,   Networking,   Pelatihan   Multimedia,   Ketrampilan kompter dan Pengelolaan Informasi, hingga Java Education National Network, serta pelatihan Jardiknas. Selain   pelatihan,   juga   banyak   disiapkan   pendidikan   formal   untuk   peningkatan kompetensi guru, diantaranya : S2 Magister TI Terapan, D4 TI, S2 Game Teknologi , D3 TKJ dll.

Jardiknas adalah jejaring besar di Indonesia yang diakui oleh Dewan ICT Nasional sebagai salah satu dari 7 Flagship ICT Nasional. Untuk mendukung peran Jardiknas sebagai super highway bagi e-Learning dan e-Administration Pendidikan Nasional, maka kebutuhan SDM yang cakap dan kreatif dalam mengembangkan bahan-bahan ajar berbasis ICT dan memutakhirkan Data Pokok Pendidikan dari titik-titik sekolah (SchoolNet) ke titik Pusat di Depdiknas Jakarta. Untuk itulah Biro PKLN memandang penting  diselenggarakannya  program  Pelatihan Program berbasis  ICT  ini untuk mengenalkan  Jardiknas   kepada   Kepala,   Guru,   Tata   Usaha,   dan   Pustakawan Sekolah/Madrasah yang diharapkan dapat memenuhi kapasitas content e-Learning dan   e-Administration   serta  kesinambungan   Jejaring   Pendidikan   Nasional (Jardiknas).

3.        Konten dan Aplikasi E-learning

a.  Internet sebagai Media Pengajaran

Pemanfaatan   internet   dalam   dunia   pengajaran   akan   membantu   dunia pengajaran meningkatkan kuantitas peserta didik.  Akan semakin banyak peserta didik yang dapat direngkuh melalui internet. Selain peningkatan kuantitas, hal yang sama pun berlaku pada sisi kualitas. Seperti disinggung diatas, peningkatan kuantitas peserta didik dapat mendegradasi kualitas pengajaran yang diperolehnya. Pengadaan   teknologi   internet,  dapat   menjadi   salah   satu   antisipator   terhadap kemungkinan tersebut.

Titik  sentral pengajaran adalah hubungan  antara pengajar  dan peserta didik.  Pada metode pengajaran konvensional,  hubungan antara pengajar dengan peserta didik sangat erat,  yang erat ini melibatkan fitrah manusia sebagai manusia yang   butuh   sentuhan   perasaan   (empati)  dari   pengajar     dalam   transfer pengetahuan. Oleh karena itu kualitas pengajaran konvensional dikenal sangat baik dan  mampu  menghasilkan  manusia  yang  bukan  hanya  pandai,  melainkan  juga terdidik. Sistem pengajaran semacam itu memang sangat baik. Akan tetapi haruskah kita tetap bertahan pada pola lama tanpa melibatkan teknologi di dalamnya?

Teknologi internet mengemuka sebagai media yang multirupa. Komunikasi melalui internet bisa dilakukan secara interpersonal (misalnya e-mail dan chatting) atau secara massa,    dikenal  one to many communition  (misalnya  mailing list). Internet juga mampu hadir secara  real time audio visual  seperti pada metode konvensional dengan adanya aplikasi teleconference.

Berdasarkan hal tersebut maka internet sebagai media pengajaran mampu mengadakan karakteristik  yang khas,  yaitu (1)  sebagai media interpersonal dan massa; (2) bersifat interaktif; (3) memungkinkan komunikasi secara sinkron maupun ansinkron   (tunda).  Karakteristik   ini   memungkinkan   peserta   didik   melakukan komunikasi dengan sumber ilmu secara lebih luas jika dibandingkan dengan hanya menggunakan media konfensional.

TI menunjang peserta didik yang mengalami keterbatasan ruang dan waktu untuk tetap bisa menikmati pengajaran.  Metode  talk and chalk,  nyantri,  usrah dapat dimodifikasi dalam bentuk komunikasi melalui e-mail, (mailing list). Metode ini mampu menghilangkan gap antara pakar dan peserta didiknya.  Suasana yang hangat dan nonformal pada mailing list ternyata menjadi cara pembelajaran yang efektif seperti peda metode usrah.

Berdasarkan   uraian   diatas,  bisa   dikatakan   bahwa   internet   bukanlah pengganti sistim pengajaran.  Kehadiran internet lebih bersifat suprementer dan pelengkap.  Metode konvensional tetap diperlukan,  hanya saja bisa dimodifikasi kebentuk   lain.  Metode  talk   and   chalk  mengalami   modifikasi   menjadi  online conference.  Metode   nyantri   dan   usrah   mengalami   modifikasi   menjadi   diskusi melalui mailling list.

b.  Web Portal Belajar dan Distance Learning

Tahap awal pemanfaatan internet dalam pengajaran berbentuk model Web Portal Belajar. Model ini menggunakan internet sebagai penunjang peningkatan kegiatan belajar mengajar dikelas. Jadi,  peningkatan kualitas pengajaran masih sangat mengutamakan tatap muka dikelas. Model  Web Portal Belajar  menjadikan internet sebagai penyedia sumber belajar yang bisa diakses secara online. Internet juga menjadi sarana bagi peserta didik untuk meningkatkan komunikasi,  baik sesama peserta didik, peserta didik dengan pengajar, atau peserta didik dengan kelompok   lain   diluar   institusi   sekolah.  Model   ini   meningkatkatkan   kualitas pengajaran yang diberikan diruang kelas karena terdapat pengayaan materi, baik yang berasal dari kegiatan tatap muka dikelas maupun yang ada di internet. Apabila pihak institusi pengajaran telah mampu menerapkan model  Web Portal Belajar  maka institusi bisa mengembangkan ke tahap selanjutnya yang disebut pembelajaran jarak jauh / distance learning, pengajar dan peserta didik terpisah oleh waktu dan ruang.Walau demikian, diskusi masih bisa dilaksanakan, baik   secara   sinkron   maupun   asinkron.  Seluruh   kegiatan   pengajaran   dilakukan melalui internet sehingga kegiatan  tatap muka secara fisik tidak diperlukan. Dalam distance learning,  internet bukan hanya berperan sebagai pendukung kegiatan pengajaran,melainkan juga faktor utama yang menentukan jalannya pengajaran. Bagaimana tidak ?  Tanpa koneksi internet maka pengajaran tidak akan dapat berjalan.

c.  Aplikasi Internet untuk eLearning

Internet menyediakan banyak kemudahan bagi dunia pengajaran. Sebenarnya, suatu institusi yang akan mengadakan pengajaran  online tidak perlu susah-susah membangun perangkat lunak untuk e-learning yang dibutuhkannya. Telah tersedia berbagai pilihan aplikasi yang bisa dimanfaatkan demi memperlancar jalannya proses pengajaran. Pilihan aplikasi yang tersedia sangat beragam, mulai yang gratis (di bawah open source project) hingga komersial (dibawah vendor tertentu). Ketika memutuskan utuk menerapkan distance learning, yang harus dilakukan pertama   kali   adalah   memahami   model   CAL+CAT   (Computer   Assisted Learning+Computer   Assisted   Teaching)   yang   akan   diterapkan.   Beberapa   model CAL+CAT, diantaranya adalah :

1.    Learning Management System (LMS)

LMS merupakan kendaraan utama dalam proses pengajaran dan pembelajaran.  Kumpulan perangkat lunak yang ada didesain untuk pengaturan pada tingkat individu, ruang kuliah, dan institusi. Karakter utama LMS adalah pengguna yang merupakan pengajar dan peserta didik, dan keduanya  harus terkoneksi dengan internet untuk menggunakan aplikasi ini.

2.  Computer Based Training (CBT) / Course Authoting Package (CAP). CBT adalah perangkat lunak online untuk proses pembelajaran secara local pada masing-masing computer peserta didik. Perangkat lunak ini juga bisa diterapkan secara online. Kebanyakan pengguna menggunakannya secara offline karena faktor bandwith  yang dibutuhkan CBT untuk memproses  large video. CAP adalah perangkat lunak untuk mengembangkan lunak CBT.

3.  Virtual   Laboratory

ViLAB  adalah   lingkungan   dimana   peserta   didik   dapat memperoleh   pengalaman  praktis   secara   maya/virtual  .  ViLAB  umumnya dipasang secara offline pada masing-masing komputer peserta didik, namun sat ini sudah banyak aplikasi online.

2.3. Fungsi TIK dalam Pembelajaran

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memiliki dua fungsi utama yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran yaitu meliputi: 1) Teknologi berfungsi sebagai alat (tool), yaitu alat bantu bagi pengguna (user) atau siswa untuk membantu pembelajaran, misalnya dalam mengolah kata, mengolah angka, membuat unsur grafis, membuat data base, membuat program administratif untuk siswa, guru, dan staf, data kepegawaian, keuangan, dan sebagainya, 2) Teknologi berfungsi sebagai ilmu pengetahuan (science). Dalam hal ini teknologi sebagai bagian dari disiplin ilmu yang harus dikuasai oleh siswa, misalnya dalam pembelajaran di sekolah sesuai kurikulum 2006 terdapat mata pelajaran TIK sebagai ilmu pengetahuan yang harus dikuasai siswa semua kompetensinya.

2.4. Manfaat TIK dalam Pembelajaran

Menurut pemanfaatannya, TIK di dalam pendidikan dapat dikategorisasikan menjadi 4 (empat) kelompok manfaat.

     1.  TIK sebagai Gudang Ilmu Pengetahuan

Dalam kelompok ini TIK dimanfaatkan sebagai sebagai Referensi Ilmu Pengetahuan Terkini, Manajemen Pengetahuan, Jaringan Pakar Beragam Bidang Ilmu, Jaringan Antar Institusi Pendidikan, Pusat Pengembangan Materi Ajar, Wahana Pengembangan Kurikulum, dan Komunitas Perbandingan Standar Kompetensi.

     2.  TIK sebagai Alat bantu Pembelajaran

Dalam dalam kelompok ini sekurang-kurangnya ada 3 fungsi TIK yang dapat dimanfaatkan sehari-hari di dalam proses belajar-mengajar, yaitu (1) TIK sebagai alat bantu guru yang meliputi: Animasi Peristiwa, Alat Uji Siswa, Sumber Referensi Ajar, Evaluasi Kinerja Siswa, Simulasi Kasus, Alat Peraga Visual, dan Media Komunikasi Antar Guru. Kemudian (2) TIK sebagai Alat Bantu Interaksi Guru-Siswa yang meliputi: Komunikasi Guru-Siswa, Kolaborasi Kelompok Studi, dan Manajemen Kelas Terpadu. Sedangkan (3) TIK sebagai Alat Bantu Siswa meliputi: Buku Interaktif , Belajar Mandiri, Latihan Soal, Media Illustrasi, Simulasi Pelajaran, Alat Karya Siswa, dan media Komunikasi Antar Siswa.

     3.  TIK sebagai Fasilitas Pembelajaran

Dalam dalam kelompok ini TIK dapat dimanfaatkan sebagai: Perpustakaan Elektronik, Kelas Virtual, Aplikasi Multimedia, Kelas Teater Multimedia, Kelas Jarak Jauh, Papan Elektronik Sekolah, Alat Ajar Multi-Intelejensia, Pojok Internet, dan Komunikasi Kolaborasi Kooperasi (Intranet Sekolah). Dan

     4.  TIK sebagai Infrastruktur Pembelajaran

Dalam dalam kelompok ini TIK kita temukan dukungan teknis dan aplikatif untuk pembelajaran – baik dalam skala menengah maupun luas – yang meliputi: Ragam Teknologi Kanal Distribusi, Ragam Aplikasi dan Perangkat Lunak, Bahasa Pemrograman, Sistem Basis Data, Komputer Personal, Alat-Alat Digital, Sistem Operasi, Sistem Jaringan dan Komunikasi Data, dan Infrastruktur Teknologi Informasi (Media Transmisi). Berangkat dari optimalisasi pemanfaatan TIK untuk pembelajaran tersebut kita berharap hal ini akan memberi sumbangsih besar dalam peningkatan kualitas SDM Indonesia yang cerdas dan kompetitif melalui pembangunan masyarakat berpengetahuan (knowledge-based society). Masyarakat yang tangguh karena memiliki kecakapan: (1) ICT and media literacy skills), (2) critical thinking skills, (3) problem-solving skills, (4) effective communication skills, dan (5) collaborative skills yang diperlukan untuk mengatasi setiap permasalahan dan tantangan hidupnya.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1.      Infrastruktur serta penyiapan SDM dalam bidang TIK untuk dunia pendidikan Indonesia   sudah   cukup   berkembang,   maka   selanjutnya   upaya   untuk memperkaya konten adalah sangat penting.

2.      Beberapa   model   pembelajaran  berbasis  TIK  adalah  dengan  Learning Management Siystem (LMS), Computer Base Training (CBT), Virtual Laboratory (Vilab).

3.      Ada beberapa tools, serta aplikasi untuk penerapan pembelajaran berbasis ICT, antara   lain  :  eMail,   Mailing   List/Forum,   Web Portal  Pembelajaran,   Digital Library, Video on demand, Wikipedia, Blog, Mobile learning.

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

eLearning For Education, Multimedia University.

Digital Library, http://digilib.itb.ac.id, 2007

Gatot HP dkk,  Jejaring Pendidikan Nasional, Biro Perencanan dan Kerjasama Luar Negeri, Depdiknas, Jakarta, 2007.

Kukuh Setyo Prakorso,  Membangun eLearning dengan Moodle, Penerbit Andi Yogyakarta, 2005

http://ryea.wordpress.com/2007/06/20/pembelajaran-media-e-learning-di-pendidikan-tinggi/

http://media.diknas.go.id/media/document/4794.pdf

Sumber : http://bambangsukionosmp3pwr.blogspot.com/2012/01/normal-0-false-false-false-en-us-x-none_27.html