MURASAKI Adi Rara Kuyana, 19 Desember 1995. KIR KREASI PESONA REMAJA SMA N 1 PURBOLINGGO

Wednesday, October 28, 2015

CONTOH MAKALAH PENDEKATAN DALAM MANAJEMEN PENDIDIKAN




BAB I
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG
Peningkatan mutu pendidikan di sekolah perlu didukung kemampuan manajerial kepala sekolah. Sekolah perlu berkembang maju dari tahun ke tahun. Karena itu hubungan baik antar guru perlu diciptakan agar terjalin iklim dan suasana kerja yang kondusif dan menyenangkan. Demikian penataan penampilan fisik dan manajemen sekolah perlu dibina agar sekolah menjadi lingkungan pendidikan yang dapat menumbuhkan kreatifitas , disiplin dan, semangat belajar siswa didik. Dalam kerangka inilah dirasakan perlunya implementasi manajemen berbasi sekolah.
Untuk mengimplementasikan majemen yang ada di sekolah  secara efektif dan evisien, kepala sekolah perlu memiliki pengehtahuan kepemimpinan, perencanaan dan pandangan yang luas tentang sekolah dan pendidikan. Wibawa kepala sekolah harus ditumbuh kembangkan dengan meningkatkan sikap kepedulian, semangat belajar, disiplin kerja keteladanan dan hubungan manusiawi sebagai modal perwujudan iklim kerja yang kondusif.
Oleh sebab itu penulis mencoba mengurai beberapa bagian dari manajemen yang ada di sekolah, antara lain; pendekatan dalam manajemen, manajemen adalah kerjasama orang-orang, manajemen sebagai suatu proses, manajemen sebagai suatu sistem, manajemen sebagai suatu pengelolaan, kepemimpinan dalam manajemen, komunikasi dalam manajemen, dan tantangan manajemen pendidikan.

B.  RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang diatas dapatlah kita merumuskan yang akan kita bahas pada makalah ini, yakni;
1.    Apa saja pendekatan dalam manajemen pendidikan?
2.    Apa yang dimaksud manajemen adalah kerjasama orang-orang?
3.    Apa yang dimaksud manajemen sebagai suatu proses?
4.    Apa yang dimaksud manajemen sebagai suatu sistem?
5.    Apa yang dimaksud manajemen sebagai pengelolaan?
6.    Apa yang dimaksud kepemimpinan dalam manajemen?
7.    Apa yang dimaksud komunikasi dalam manajemen?
8.    Apa saja tantangan manajemen pendidikan?

C.  TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar pembaca dapat lebih menahami tentang;
1.    Memahami tentang pendekatan dalam manajemen pendidikan.
2.    Memahami tentang manajemen adalah kerjasama orang-orang.
3.    Memahami tentang manajemen sebagai suatu proses.
4.    Memahami tentang manajemen sebagai suatu sistem.
5.    Memahami tentang manajemen sebagai pengelolaan.
6.    Memahami tentang kepemimpinan dalam manajemen.
7.    Memahami tentang komunikasi dalam manajemen.
8.    Memahami tentang tantangan manajemen pendidikan















BAB II
PEMBAHASAN

A.  PENDEKATAN DALAM MANAJEMEN PENDIDIKAN
Berikut ini merupakan teori Pendekatan Manajemen Menurut Harold Koontz.
1.    Pendekatan berdasarkan kebiasaan
Pendekatan ini berupaya untuk mengembangkan pemahaman ulang manajemen melalui pembelajaran pengalaman dari para manajer yang lalu, yang biasanya dicapai melalui sejumlah kasus dan suatu transfer tentang pelajaran-pelajaran yang dapat ditarik dari pengalaman.
2.    Pendekatan berdasarkan perilaku individu
Pendekatan ini mempelajari manajemen dengan jalan memusatkan perhatian pada hubungan-hubungan antar perorangan didalam organisasi-organisasi dengan fokus pada para individu dan motivas mereka.
3.    Pendekatan berdasarkan perilaku kelompok
Pendekatan ini memusatkan perhatian pada studi tentang pola-pola perilaku kelompok didalam organisasi dan bukan pada hubungan-hubungan antar perorangan mereka.
4.    Pendekatan berdasarkan kerjasama sosial
Pendekatan ini gabungan antar pendekatan individu dan kelompok dengan jalan mempelajari perilaku antarmanusia sebagai sistem-sistem sosial yang mengaitkan dua orang atau lebih bersama-sama dalam upaya mereka mencapai tujuan-tujuan bersama tertentunya.
5.    Pendekatan sosioteknik
Pendekatan ini menekankan perlu dipertimbangkannya sistem-sistem sosial dan sistem teknik secara simultan dalam praktik manajemen, mengingat bahwa sistem teknik mempunyai pengaruh besar atas sistem sosial organisasi.
6. Pendekatan teori keputusan
Pendekatan ini menerapkan pengambilan keputusan sebagai sebuah tanggung jawab utama semua manejer, dan difokuskannya perhatian pada pengembangan pemikiran manajemen sekitar proses pengambilan keputusan.
7. Pendekatan pusat komunikasi
Pendekatan ini mempelajari bagian-bagian interdepen dan dari organisasi-organisasi,  sewaktu mereka berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan mereka.
8. Pendekatan matematis
Pendekatan ini memandang manajemen sebagai sebuah proses yang dapat melalui model-model matematikal yang menyatakan elemen-elemen dasar suatu problem dan yang dapat menyediakan alat-alat untuk mengevaluasi solusi problem tersebut.
9. Pendekatan situasional           
Pendekatan ini mempelajari perilaku manajerial sebagai suatu reaksi terhadap sekelompok keadaan tertentu, dalam upaya mencapai sejumlah praktik-praktik manajemen yang dianggap paling tepat guna menghadapi situasi tertentu.
10. Pendekatan sumber daya manusia
Menurut pendekatan ini manajemen dipelajari dengan sumber daya manusia sebagai dasar kajian atau tinjauan. Pendekatan ini mempelajari mengenai masalah individu, kelompok dan lingkungan agar dapat menjadi motivasi untuk meningkatkan produktivitas.
11. Pendekatan kombinasi
Pendekatan ini berupaya untuk menyatukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, teori dan teknik-teknik, yang menjadi landasan praktik manajemen, dengan jalan mengaitkan mereka dengan fungsi-fungsi para manejer.

B.  MANAJEMEN ADALAH KERJASAMA ORANG-ORANG
Untuk mencapai tujuan sekolah yang telah dirumuskan yang membutuhkan berbagai keahilan dalam berbagai bidang pendidikan, secara internal sebuah sekolah yang ingin berkualitas membutuhkan orang-orang yang memiliki keahlian seperti kepala sekolah sebagai direktur, guru yang memiliki keahlian menejemen kelas yang baik, tenaga bimbingan konseling, ketatusahaan yang memiliki ketrampilan dalam system manajemen informasi dan administrasi, perpustakaan membutuhkan pustakawan yang dapat mengelola perpustakaan secara efektif dan kreatifitas untuk menghidupkan suasana agar banyak dikunjungi siswa, laboran yang harus bisa mengelola penggunaan waktu, memelihara serta memanfaatkan alat dengan berdayaguna.

C.  MANAJEMEN SEBAGAI SUATU PROSES
Manajemen dikatakan sebagai suatu proses (management as a process) adalah serangkaian tahap kegiatan yang diarahkan pada pencapaian suatu tujuan dan pemanfaatan semaksimal mungkin sumber-sumber yang tersedia dengan melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasi atau maksud-maksud yang nyata.

D.  MANAJEMEN SEBAGAI SUATU SISTEM
Manajemen dikatakan sebagai suatu sistem (management as a system) adalah kerangka kerja yang terdiri dari beberapa komponen/bagian, secara keseluruhan saling berkaitan dan diorganisir sedemikian rupa dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Dengan kata lain jika komponen dalam suatu manajemen tersebut tidak bekerja secara maksiamal maka akan menggangu komponen yang lainnya yang juga akan berpengaruh pada hasil yang pasti kurang maksiamal.

E.  MANAJEMEN SEBAGAI PENGELOLAAN
Pengelolaan pada dasarnya adalah pengendalian dan pemanfaatan semua sumber daya yang menurut suatu perencanaan diperlukan untuk atau penyelesaian suatu tujuan kerja tertentu. Irawan (1997: 5) mendefenisikan bahwa: “Pengelolaan sama dengan manajemen yaitu penggerakan, pengorganisasian dan pengarahan usaha manusia untuk memanfaatkan secara efektif material dan fasilitas untuk mencapai suatu tujuan.”
Jika kita melihat manajemen sebagai pengelolaan akan terlihat adanya pengaturan atau pengelolaan sumberdaya yang dimiliki dalam sekolah atau sumberdaya yang harus ada untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Sumberdaya tersebut harus harus dimanfaatkan seefisien dan seefektif mungkin.

F.   KEPEMIMPINAN DALAM MANAJEMEN
1.    Definisi kepemimpinan
Menurut Young (dalam Kartono, 2003), Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
Menurut Hemhill & Coon (1995), Kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktifitas-aktifitas suatu kelompok kesuatu tujuan yang ingin dicapai bersama (shared goal).
Sedangkan, Oteng Sutisna (1983): mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan mengambil inisiatif dalam situasi sosial untuk menciptakan bentuk dan prosedur baru, merancang dan mengatur perbuatan, dan dengan berbuat begitu membangkitkan kerjasama ke arah tercapainya tujuan.
2.    Gaya kepemimpinan
Menurut Thoha (1995) gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat.
a.    Pendekatan sifat
Pendekatan ini beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan (given) bukan dilatih atau diasah. Kepemimpinan terdiri atas atribut tertentu yang melekat pada diri pemimpin, atau sifat personal, yang membedakan pemimpin dari pengikutnya. Sebab itu, pendekatan sifat juga disebut teori kepemimpinan orang-orang besar.
Peter G. Northouse menyimpulkan bahwa sifat-sifat yang melekat pada diri seorang pemimpin yang melakukan kepemimpinan (menurut pendekatan sifat) adalah sifat-sifat kualitatif sebagai berikut:
1)   Intelijensi. Pemimpin cenderung punya intelijensi dalam hal kemampuan bicara, menafsir, dan bernalar yang lebih kuat ketimbang yang bukan pemimpin.
2)   Kepercayaan Diri. Kepercayaan diri adalah keyakinan akan kompetensi dan keahlian yang dimiliki, dan juga meliputi harga diri serta keyakinan diri.
3)   Determinasi. Determinasi adalah hasrat menyelesaikan pekerjaan yang meliputi ciri seperti berinisiatif, kegigihan, mempengaruhi, dan cenderung menyetir.
4)   Integritas. Integritas adalah kualitas kujujuran dan dapat dipercaya. Integritas membuat seorang pemimpin dapat dipercaya dan layak untuk diberi kepercayaan oleh para pengikutnya.
5)   Sosiabilitas. Sosiabilitas adalah kecenderungan pemimpin untuk menjalin hubungan yang menyenangkan.

Sementara itu, secara kuantitatif, pendekatan sifat memilah indikator kepemimpinan yang juga dikenal sebagai The Big Five Personality Factors sebagai berikut:
1)   Neurotisisme. Kecenderungan menjadi depresi, gelisah, tidak aman, mudah diserang, dan bermusuhan;
2)   Ekstraversi. Kecenderungan menjadi sosiabel dan tegas serta punya semangat positif;
3)   Keterbukaan. Kecenderungan menerima masukan, kreatif, berwawasan, dan punya rasa ingin tahu;
4)   Keramahan. Kecenderungan untuk menerima, menyesuaikan diri, bisa dipercaya, dan mengasuh; dan
5)   Kecermatan. Kecenderungan untuk teliti, terorganisir, terkendali, dapat diandalkan, dan bersifat menentukan.

b.    Pendekatan prilaku
Pendekatan perilaku atau yang biasa disebut sebagai pendekatan gaya kepemimpinan berfokus pada apa yang benar-benar dilakukan oleh pemimpin dan bagaimana cara mereka bertindak. Pendekatan ini menganggap kepemimpinan apapun selalu menunjukkan dua perilaku umum: (1) Perilaku Kerja, dan (2) Perilaku Hubungan.
Perilaku kerja memfasilitasi tercapainya tujuan: Mereka membantu anggota kelompok mencapai tujuannya. Sedangkan Perilaku hubungan membantu bawahan untuk merasa nyaman baik dengan diri sendiri, dengan orang lain, maupun dengan situasi dimana mereka berada.
Tujuan utama pendekatan ini adalah menjelaskan bagaimana pemimpin mengkombinasikan kedua jenis perilaku (kerja dan hubungan) guna mempengaruhi bawahan dalam upayanya mencapai tujuan organisasi.
Pendekatan ini secara singkat direpresentasikan oleh tiga riset yang satu sama lain berbeda. Riset-riset tersebut diantaranya sebagai berikut:
1)   Study Kepemimpinan Universitas OHIO
Kelompok riset di OHIO State University yakin bahwa dengan memposisikan kepimpinan sebagai sifat personal akan kurang berhasil dalam menganalisis fenomena kepemimpinan. Para peneliti menemukan bahwa tanggapan bawahan atas pimpinan mengelompok pada dua tipe umum perilaku pimpinan.
Pertama, struktur prakarsa yaitu sejauh mana seorang pemimpin mendefinisikan serta menentukan peran-peran para bawahan dalam rangka merancang dan memenuhi tujuan di area pertanggungjawabannya. Gaya ini menekankan pengarahan kegiatan pekerja dalam tim ataupun individu lewat perencanaan, pengkomunikasian, penjadualan, penugasan pekerjaan, penekanan deadline, dan pemberian perintah. Pemimpin memelihara standard kinerja yang ketat dan berharap bawahan memenuhinya.
Kedua, perilaku perhatian adalah sejauh mana pemimpin punya hubungan dengan bawahan yang dicirikan oleh sikap saling percaya, jalinan komunikasi dua arah, respek pada gagasan pekerja, dan empati atas perasaan mereka. Gaya ini menekankan pada pemuasan kebutuhan psikologis pekerja.

2)   Study Kepemimpinan Universitas Michigan
Titik tekan riset di University of Michigan adalah eksplorasi perilaku kepemimpinan, yang memberikan perhatian khusus utamanya pada dampak perilaku pemimpin atas kinerja suatu kelompok kecil.
Riset di University of Michigan mengidentifikasi dua jenis perilaku kepemimpinan. Pertama, orientasi pekerja yaitu perilaku pemimpin yang mendekati bawahan dengan penekanan hubungan manusia yang kuat. Mereka menaruh perhatian pada pekerja sebagai makhluk hidup, menghargai individualitas mereka, dan memberi perhatian khusus atas kebutuhan pribadi mereka. Kedua, orientasi produksi, terdiri atas perilaku pemimpin yang menekankan pada aspek teknis dan produksi dari suatu pekerjaan. Dari orientasi ini, pekerja dilihat sebagai alat guna menyelesaikan pekerjaan. 

3)   Blake and Mouton Grid (Kisi-kisi Blake dan Mouton)
Robert R. Blake and Jane S. Mouton tahun 1991 mengembangkan suatu grid (kisi-kisi) kepemimpinan guna menunjukkan bahwa pemimpin dapat membantu organisasi mencapai tujuannya lewat dua orientasi, yaitu : (1) Perhatian atas Produksi dan (2) Perhatian atas orang. Kedua orientasi ini mencerminkan kembali perilaku kerja dan perilaku hubungan seperti terjadi di riset OHIO State University.
Dengan menggunakan grid (kisi-kisi), Blake dan Mouton menciptakan gaya kepemimpinan. Gaya-gaya tersebut adalah:
a)      Gaya Taat Otoritas (Authority-Compliance)
Gaya ini menggambarkan pemimpin yang dikendalikan oleh pencapaian hasil atau target, dengan sedikit atau bahkan tidak ada perhatian pada manusia kecuali dalam rangka keterlibatan mereka dalam menyelesaikan pekerjaan.

b)      Gaya Country-Club
Gaya country-club menggambarkan pemimpin dengan perhatian tinggi pada orang tetapi rendah perhatiannya pada hasil atau produksi. Pemimpin ini fokus pada pemenuhan kebutuhan pekerja sebagai manusia dan penciptaan lingkungan yang kondusif dalam pekerjaan.
c)      Gaya Lemah (Impoverished Management)
Gaya lemah menggambarkan pimpinan yang punya sedikit perhatian baik atas orang ataupun produksi. Pemimpin bergaya ini berlaku sebagai pemimpin tetapi sesungguhnya terasing dan tidak melibatkan diri dalam organisasi.
d)     Gaya Middle-of-the-Road (Gaya Jalan Tengah)
Gaya jalan tengah menggambarkan pemimpin yang kompromistik, yang punya perhatian menengah atas pekerjaan dan perhatian tengah atas orang-orang yang melakukan pekerjaan. Gaya kepemimpinan ini kerap digambarkan sebagai orang yang bijaksana, lebih suka berada di tengah, samar pendirian dalam minat atas kemajuan organisasi, dan sulit menyatakan ketidaksetujuannya di hadapan pekerja.
e)      Gaya Manajemen Tim
Gaya manajemen tim memberi tekanan seimbang, baik pada pekerjaan ataupun hubungan antarpersonal. Gaya ini mendorong derajat partisipasi dan kerja tim yang tinggi di dalam organisasi sehingga mampu memuaskan kebutuhan dasar pekerja agar mereka tetap merasa terlibat dan punya komitmen kuat dalam pekerjaannya.
f)       Paternalistik/Maternalistik
Gaya paternalistik/maternalistik merupakan gaya taat otoritas yang berubah menjadi gaya country-club bergantung pada situasi tertentu. Pemimpin memandang pekerja tidak terkait dengan pencapaian tujuan organisasi.
g)      Oportunis
Gaya oportunis merujuk pada pemimpin yang secara oportunistik yang menggunakan aneka kombinasi dari keseluruhan gaya guna meningkatkan karier mereka.

c.    Pendekatan situasioanal
Pendekatan ini dikembangkan oleh Paul Hersey and Kenneth H. Blanchard tahun 1969. Pendekatan ini berfokus pada fenomena kepemimpinan di dalam suatu situasi yang unik. Pendekatan ini menekankan bahwa kepemimpinan terdiri atas dimensi arahan dan dimensi dukungan. Setiap dimensi harus diterapkan secara tepat dengan memperhatikan situasi yang berkembang.
1)   Teori Kepemimpinan Kontigensi
Teori ini dikembangkan oleh Fiedler and Chemers (1967). Teori kepemimpinan ini disebut sebagai teori kontingensi karena teori ini beranggapan bahwa kontribusi pemimpin terhadap efektifitas kinerja kelompok tergantung pada cara atau gaya kepemimpinan (leadership style) dan kesesuaian situasi (the favourableness of the situation) yang dihadapinya.
Menurut Fiedler, ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kesesuaian situasi yang selanjutnya mempengaruhi keefektifan pemimpin. Ke tiga faktor tersebut antara lain:
a)    Hubungan antara pemimpin dan bawahan (leader-member relations),
b)   Struktur tugas (the task structure) dan
c)    Kekuatan posisi (position power).

2)   Teori Kepemimpinan Situasional
Teori ini merupakan teori kepemimpinan yang didasarkan pada hubungan antara tiga faktor, yaitu perilaku tugas (Task Behavior), perilaku hubungan (Relationship behavior), dan kematangan (Maturity).
Perilaku tugas (Task Behavior) merupakan pemberian petunjuk oleh pemimpin terhadap anak buah meliputi penjelasan tertentu, apa yang harus dikerjakan, bilamana, dan bagaimana mengerjakannya, serta mengawasi mereka secara ketat. Perilaku hubungan (Relationship behavior) merupakan ajakan yang disampaikan oleh pemimpin melalui komunikasi dua arah yang meliputi mendengar dan melibatkan anak buah dalam pemecahan masalah. Sedangkan kematangan (Maturity) adalah kemampuan dan kemauan anak buah dalam mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas yang dibebankan kepadanya.
Gaya kepemimpinan yang tepat untuk diterapkan dalam keempat tingkat kematangan anak buah dan kombinasi yang tepat antara perilaku tugas dan perilaku hubungan sebagai berikut:
a)    Gaya Telling (Pemberitahu); adalah gaya pemimpin yang selalu memberikan instruksi yang jelas, arahan yang rinci, serta mengawasi pekerjaan dari jarak dekat. 
b)   Gaya Selling (Penjual); adalah gaya pemimpin yang menyediakan pengarahan, mengupayakan komunikasi dua-arah, dan membantu membangun motivasi dan rasa percaya diri pekerja.
c)    Gaya Participating (Partisipatif); adalah gaya pemimpin yang mendorong pekerja untuk saling berbagi gagasan dan sekaligus memfasilitasi pekerjaan bawahan dengan semangat yang mereka tunjukkan.
d)   Gaya Delegating (Pendelegasi); adalah gaya pemimpin yang cenderung mengalihkan tanggung jawab atas proses pembuatan keputusan dan pelaksanaannya.

3.    Kepemimpinan dalam peningkatan kinerja
Dalam rangka melaksanakan Manajemen Berbasis Sekolah, kepala sekolah sebagai pemimpin harus memiliki berbagai kemampuan diantaranya yang berkaitan dengan:
a.    Pembinaan disiplin
Taylor and user (1982) mengemukakan strategi umum membina disiplin, sebagai berikut:
Konsep diri;  strategi ini menekankan bahwa konsep-konsep diri setiap individu merupakan faktor penting dari setiap perilaku.
Keterampilan berkomunikasi; pemimpin harus menerima semua perasaan pegawai dengan teknik komunikasi yang dapat menimbulkan kepatuhan dalm dirinya.
Konsekuensi-konsekuensi logis dan alam; perilaku-perilaku yang salah terjadi karena pegawai telah mengembangkan kepercayaan yang salah terhadap dirinya.
Klasifikasi nilai; strategi ini dilakukan untuk membantu pegawai dalam menjawab pertanyaannya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri.
Latihan keefektifan pemimpin; metode ini bertujuan untuk menghilangkan metode refresif dan kekuasaan.
Terapi realitas; pemimpin perlu bersikap positif dan bertanggung-jawab.
b.   Pembangkitan motivasi
Callahan and Clark (1988) mengemukakan bahwa motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah tujuan tertentu.
Ada dua jenis motivasi, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstinsik (Owen, Cs. 1981). Motivasi intrinsik adalah motivasi yang datang dari dalam diri seseorang. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari lingkungan di luar diri seseorang.
c.    Penghargaan
Penghargaan (rewards) sangat penting untuk meningkatkan kegiatan yang produktif dan mengurangi kegiatan yang kurang produktif. Dengan penghargaan, pegawai akan terangsang untuk meningkatkan kinerja yang positif dan produktif.


4.    Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif
Kinerja kepemimpinan kepala sekolah dalam kaitannya dengan MBS adalah segala upaya yang dilakukan dan hasil yang dapat dicapai oleh kepala sekolah dalam mengimplementasikan MBS di sekolahnya untuk mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
Pidarta (1988) mengemukakan tiga macam keterampilan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah untuk menyukseskan kepemimpinannya. Ketiga keterampilan tersebut diantaranya:
a.    Keterampilan konseptual yaitu keterampilan untuk memahami dan mengoperasikan organisasi;
b.    Keterampilan manusiawi yaitu keterampilan untuk bekerjasama, memotivasi, dan memimpin; serta
c.    Keterampilan teknik yaitu keterampilan dalam menggunakan pengetahuan, metode, teknik, serta perlengkapan untuk menyelesaikan tugas tertentu.

G. KOMUNIKASI DALAM MANAJEMEN
Komunikasi dalam manajemen dibagi menjadi dua, yaitu komunikasi intern dan komunikasi ekstern.
1.    Komunikasi Intern
Menurut Brennan (dalam Effendy 2009:122) “komunikasi internal adalah pertukaran gagasan diantara para administrator dan pegawai dalam suatu organisasi atau instansi yang menyebabkan terwujudnya organisasi tersebut lengkap dengan strukuturya yang khas dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertikal dalam suatu organisasi yang menyebabkan pekerjaan berlansung (operasi manajemen).
a.    Dasar, Tujuan, dan Manfaat Komunikasi Intern
Tujuan dari komunikasi intern adalah agar setiap personil sekolah dapat bekerja dengan tenang dan menyenangkan serta terdorong untuk berprestasi dengan baik dan mengerjakan tugas dengan penuh kesadaran (Sutomo dkk, 2006).

b.   Prinsip Komunikasi
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan kepala sekolah antara lain:
1)   Bersikap terbuka, tidak memaksakan kehendak, tapi bertindak sebagai fasilitator yang mendorong suasana demokratis dan kekeluargaan.
2)   Mendorong guru untuk mau dan mampu mengemukakan pendapatnya dalam memecahkan suatu masalah, dan mendorong supaya guru mau melaksanakan aktifitas dan berkreatifitas.
3)   Mengembangkan kebiasaan untuk berdiskusi secara terbuka dan mendengarkan pendapat orang lain.
4)   Mendorong para guru dan pegawai untuk mengambil keputusan yang terbaik dan menaati keputusan itu.
5)   Berlaku sebagai pengarah, pengatur pembicaraan, perantara, dan pengambil kesimpulan secara redaksional. (Sutomo dkk, 2006)

c.    Memecahkan masalah bersama di Sekolah
Dengan adanya komunikasi anatar warga sekolah maka dapat diharapkan dapat membantu memecahkan masalah- masalah yang timbul di sekolah. Karena adanya pertukaran gagasan antar warga sekolah membuat gagasan satu dengan yang lain saling melengkapi sehingga menimbulkan solusi yang terbaik bagi masalah yang tengah terjadi disekolah.

2.    Komunikasi Ekstern
Menurut Effendy (2009: 128), “Komunikasi eksternal ialah komunikasi antara pimpinan organisasi atau instansi dengan khalayak diluar organisasi”. Sedangkan menurut Mulyasa (2002) komunikasi ekstern merupakan bentuk hubungan sekolah dengan lingkungan eksternal di sekitarnya, untuk mendapatkan masukan dari lingkungannya berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah.
a.    Hubungan Sekolah dengan Orang Tua
Hubungan sekolah dengan orang tua siswa dapat dijalin melalui berbagai cara yaitu adanya kesamaan tanggung jawab dan adanya kesamaan tujuan. (Sutomo dkk, 2006).
1)   Tujuan hubungan sekolah dengan orang tua siswa:
a)    Saling membantu dan saling isi mengisi, dengan memahami kekurangan dan kelemahan anak, guru, dan orang tua siswa dapat bersama-sama membinanya.
b)   Bantuan uang dan barang, baik secara perorangan maupun melalui lembaga yang disebut BP3.
c)    Untuk mencegah perbuatan yang kurang baik.
d)   Bersama-sama membuat rencana yang baik untuk sang anak, misalnya mengembangkan bakat olah raga, musik, seni tari, seni lukis dan sebagainya. (Sutomo dkk, 2006)
2)   Cara menjalin hubungan sekolah dengan orang tua
a)    Melalui dewan sekolah (Komite Sekolah).
b)   Melalui BP3, BP3 adalah organisasi orang tua siswa yang bertugas dan berfungsi untuk memberikan bantuan penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
c)    Melalui pertemuan penyerahan buku laporan pendidikan.
d)   Melalui ceramah ilmiah, yang membahas masalah yang berkaitan dengan peningkatan prestasi siswa. (Mulyasa, 2002)

b.   Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Sekolah merupakan lembaga formal yang diserahi tugas untuk mendidik, melatih serta membimbing generasi muda bagi peranannya di masa depan, sementara masyarakat merupakan pengguna jasa pendidikan.
1)   Tujuan Hubungan antara sekolah dengan masyarakat
a)    Berdasarkan kepentingan sekolah memelihara kelangsungan hidup sekolah meningkatkan mutu pendidikan sekolah, memperlancar kegiatan belajar mengajar, memperoleh bantuan dan dukungan masyarakat.
b)   Berdasarkan kepentingan masyarakat memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat memperoleh masukan dari sekolah dalam memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat menjamin relevansi program sekolah dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat memperoleh  kembali  anggota masyarakat yang terampil dan makin meningkat kemampuannya. (Sutomo dkk, 2006)
2)   Bidang kerjasama sekolah dengan masyarakat
Hubungan sekolah dengan masyarakat antara lain lewat bidang pendidikan, kesenian, olah raga dan keterampilan serta pendidikan bagi anak berkelainan.

H.  TANTANGAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
Menurut Ali Idrus, (2011:4) dunia pendidikan Indonesia, saat ini, setidaknya menghadapi empat tantangan besar yang kompleks, yaitu:
1.    Tantangan untuk meningkatkan nilai tambah (added value), yaitu: bagaimana meningkatkan nilai tambah dalam rangka meningkatkan produktivitas, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi, sebagai upaya untuk memelihara dan meningkatkan pembangunan yang berkelanjutan.
2.    Tantangan untuk melakukan pengkajian secara komprehensif dan mendalam terhadap terjadinya transformasi (perubahan) struktur masyarakat, dari masyarakat yang agraris ke masyarakat industri yang menguasai teknologi dan informasi, yang implikasinya pada tuntutan dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM).
3.    Tantangan dalam persaingan global yang semakin ketat, yaitu bagaimana meningkatkan daya saing bangsa dalam meningkatkan karya-karya yang bermutu dan mampu bersaing sebagai hasil penguasaan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS).
4.    Munculnya kolonialisme politik. Dengan demikian kolonialisme kini tidak lagi berbentuk fisik, melainkan dalam bentuk informasi.
Manajemen pendidikan tidak akan pernah bisa lepas dari empat tantangan besar yang kompleks ini. Keputusan manajemen harus mempertimbangkan faktor-faktor ini, dan karenanya memahami isu-isu globalisasi dalam dunia pendidikan menjadi kemestian bagi setiap para pengambil kebijakan di bidang pendidikan, baik itu di tingkat birokrat-administrator seperti menteri pendidikan, para kepala dinas, dan para manajer teknis seperti rektor, dekan, dan para kepala sekolah, dan bahkan para guru yang mengelola pembelajaran di kelas.

































BAB III
PENUTUP

A.  KESIMPULAN

Dari uraian-uraian materi diatas kita dapat menarik kesimpulan atau rangkuman, antara lain;
1.    Pendekatan dalam manajemen diantaranya; pendekatan berdasarkan kebiasaan, pendekatan berdasarkan perilaku individu, pendekatan berdasarkan perilaku kelompok, pendekatan berdasarkan kerjasama sosial pendekatan sosioteknik, dll.
2.    Untuk mencapai tujuan sekolah yang telah dirumuskan yang membutuhkan berbagai keahilan dalam berbagai bidang pendidikan, secara internal sebuah sekolah yang ingin berkualitas membutuhkan orang-orang yang memiliki keahlian beragam.
3.    Manajemen dikatakan sebagai suatu proses (management as a process) adalah serangkaian tahap kegiatan yang diarahkan pada pencapaian suatu tujuan dan pemanfaatan semaksimal mungkin sumber-sumber yang tersedia.
4.    Manajemen dikatakan sebagai suatu sistem (management as a system) adalah kerangka kerja yang terdiri dari beberapa komponen/bagian, secara keseluruhan saling berkaitan dan diorganisir sedemikian rupa dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
5.    Irawan (1997: 5) mendefenisikan bahwa: “Pengelolaan sama dengan manajemen yaitu penggerakan, pengorganisasian dan pengarahan usaha manusia untuk memanfaatkan secara efektif material dan fasilitas untuk mencapai suatu tujuan.”
6.    Menurut Young (dalam Kartono, 2003), Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
7.    Komunikasi dalam manajemen dibagi menjadi dua, yaitu komunikasi intern dan komunikasi ekstern.
8.    Menurut Ali Idrus, (2011:4) dunia pendidikan Indonesia, saat ini, setidaknya menghadapi empat tantangan besar yang kompleks, yaitu(1)Tantangan untuk meningkatkan nilai tambah (added value),(2) Tantangan untuk melakukan pengkajian secara komprehensif dan mendalam terhadap terjadinya transformasi (perubahan) struktur masyarakat, (3)Tantangan dalam persaingan global yang semakin ketat, (4)Munculnya kolonialisme politik.

B.  SARAN
Sebagai calon seorang guru kita mahasiswa dan mahasiswi S1-PGSD dituntut mampu menguasai jalannya proses blajar mengajar di dalam kelas. Dengan kata lain kita dituntut tidak hanya menjadi seorang pengajar dan pendidik namun juga mampu menjadi manajer sekurang-kurangnya dalam memanajerial kelas.
Tidak dapat dipungkiri juga bahwa nantinya kita yang akan menjadi pengganti dari kepala-kepala sekolah yang ada saat ini, oleh sebab itu pemahaman tentang manjemen berbasis sekolah dan kepemimpinan perlu dipahami dan dihayati oleh seorang mahasiswa/i S1 PGSD.

Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat sedikit membantu pemahaman tentang manajemen berbasis sekolah baik bagi pembaca umumnya, maupin bagi penulis khususnya.

No comments:

Post a Comment