MURASAKI Adi Rara Kuyana, 19 Desember 1995. KIR KREASI PESONA REMAJA SMA N 1 PURBOLINGGO

Thursday, December 13, 2012

CERPEN, DIMANAKAH SURGAKU


DIMANAKAH SURGAKU

                        Di bawah remang-remang cahaya malam aku masih berlari. Berlari mencari surgaku, mencari ibu. Dengan selembar foto ibu dan sebuah kertas tertulis alamat menjadi bekalku mencari ibu. Benar kata ayah, ibu begitu cantik. Cantik sekali seperti bidadari penghuni surga. Namun sayang, aku tak mengenal sosok ibuku. Sejak aku lahir ibu pergi meninggalkanku begitu saja dan ayah. Andaikan ibu tau aku sangat merindukannya, mengharap dekap peluk tubuhnya, mendamba belaian kasih sayangnya. Mungkinkah aku akan bertemu surgaku ?
                        Langkahku terhenti disebuah gang perumahan mewah. Bukankah ini alamatnya ? benakku sembari memandangi sebuah rumah mewah yang berdiri di depanku. Benarkah ini rumah ibu ? aku membingkai sebuah senyum di bibirku.
“sedang apa kau berdiri disni ?” seru suara wanita seraya membuatku kaget. “menemui ibuku,” jawabku polos. Wanita berambut pirang itu mengerutkan keningnya. “dia tinggal di rumah mewah itu,” ujarku yakin. Wanita itu menatap lekat wajahku dengan raut wajah ekstra kaget.
“ini foto ibuku,” kataku sambil memperlihatkan foto ibuku pada wanita yang mengenakan tang-top merah serta balutan rok mininya.
“Rosa” gumamnya saat melihat foto ibuku.
“anda mengenalnya ? tolong bawa aku pada ibuku..?” pintaku setengah memaksa wanita yang jelas tak ku kenal. “kau putrinya ?” tanya wanita itu setengah heran. Aku mengangguk mantap. Agaknya wanita seksi itu menyunggingkan senyum padaku.
“itukah ibumu?” ujarya menunjuk kearah seorang wanita yang baru keluar dari rumah mewah itu dengan balutan short-dress coklat ketat ditubuhnya dengan seorang laki-laki yang tengah merangkulnya hendak masuk ke dalam sebuah mobil sedan hitam berkilau.
Iya itu ibu ! tapi siapa laki-laki yang begitu mesra dengannya? Yang jelas dia bukan ayah. Apa mungkin suami baru ibu?.

Aku hendak melangkah menyebrang jalan untuk bertemu ibuku. “kau mau cari mati!” bentak wanita berkulit putih itu menahanku. Aku tersentak mendengar lontarannya.
“setahun yang lalu ada seorang anak laki-laki yang mengaku bahwa ia anak Rosa. Kau tau apa yang dilakukan ibumu pada anak itu ?” wanita berwajah original itu seperti bertanya padaku.
“Rosa menabraknya sampai mati! kau mau bernasib sama seperti anak malang itu!” ujarnya meremas hatiku. Aku menggeleng tak percaya. Benarkah ibu melakukan semua itu?
“Rosa tidak lebih dari seorang kupu-kupu malam yang berkeliaran!” kecamnya merampas jantungku. Aku mendongak. Kerongkonganku mulai terasa sesak.
“sudahlah pulang saja! Tempat ini bahaya untukmu!” suara wanita itu lalu meninggalkanku.
Aku masih melongo menatap cahaya-cahaya malam dengan air mata yang mulai menganak sungai membasahi kedua pipiku. Mobil yang ditumpangi ibu dan laki-laki itu bergerak meninggalkan rumah yang ternyata bukan rumah ibuku.
Oh ibu, benarkah kata wanita itu?
Kata orang surga ada di telapak kaki ibu, namun pantaskah surga yang dan suci bersemayam di telapak kaki seorang wanita sepertimu?
Seandainya surga ada di telapak kaki ayah, mungkin aku akan selalu melihat dan menyentuh surgaku ....
Ayah......

By : Santi Firdasari

No comments:

Post a Comment